Minggu, 11 September 2011

ROM (Range of Motion)


Yaitu derajat untuk mengukur kemampuan suatu tulang, otot dan sendi dalam melakukan pergerakan
ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

Tujuan
  1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
  2. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan
  3. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi

Tujuan Latihan ROM
  1. Mempertahankan mobilitas/fleksibilitas sendi
  2. Mencegah kontraktur, mempertahankan tonus dan mencegah atropi otot
  3. Menstimulasi sirkulasi, mencegah trombus dan embolus

ROM bermanfaat untuk :
  1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
  2. Mengkaji tulang sendi, otot
  3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
  4. Memperlancar sirkulasi dLatihan

ROM merupakan bentuk latihan pergerakan yang dilakukan dengan menggerakan semua bagian persendian hingga mencapai rentangan penuh tanpa menimbulkan rasa nyeri atau bunyi berderik pada persendian. Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan pergerakan pada setiap persendian, mencegah kontraktur sendi dan atropi otot, memperlancar aliran darah dan mencegah pembentukan trombus dan embolus, mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot. ROM juga bermanfaat untuk membantu pasien mencapai kemampuan aktivitas normal (Brookside Associates, 2007). Latihan ini dapat dikerjakan mandiri atau berkolaborasi dengan fisioterapist.
Latihan ROM dibedakan menjadi ROM pasif, aktif, aktif asistif, resistif, dan isometrik. ROM pasif dilakukan oleh perawat, pasien pasif. ROM aktif dikerjakan oleh pasien sendiri tanpa bantuan perawat, sedang pada jenis aktif asistif perawat membantu menyokong bagian distal persendian . ROM resisitf dilakukan pasien dengan menekan atau mendorong obyek kuat sedang latihan isometrik dikerjakan sendiri oleh pasien dengan mengkontraksikan dan merelaksasi otot (Brookside Associates,2007; Rosdahl dan Kowalski, 2008).
ROM pasif, pasien tidak terlibat, semua dikerjakan oleh perawat. Jenis latihan ini baik untuk mempertahankan kelenturan sendi tetapi tidak meningkatkan kekuatan otot dan mencegah demineralisasi tulang karena tidak terjadi kontraksi volunter otot, tekanan pada tulang dan pemanjangan masa otot. Untuk meningkatkan kekuatan
otot, mencegah demineralisasi tulang, dan mempertahankan fungsi otot dapat menggunakan jenis latihan ROM aktif, aktif resisitif, aktif asisitif, dan latihan isometrik, yang dapat memperlancar aliran balik vena (Brookside
Associates, 2007; Rosdahl dan kowalski, 2008). Perawat dapat berkolaborasi dengan fisioterapist untuk perencanaan kebutuhan latihan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan gerak (Wilkinson, 2005).
Latihan ROM tidak dianjurkan bila pasien memiliki gangguan jantung, pernapasan, gangguan jaringan ikat sendi. Latihan ROM pada pasien dengan gangguan jantung dan paru menyebabkan peningkatan kebutuhan sirkulasi
untuk menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan pergerakan. Pada sendi yang meradang bila dilakukan latihan ROM akan memperburuk kerusakan dan dapat merusak jaringan disekelilingnya (Brookside Associates, 2007; Widodo, 2005).arah

JENIS – JENIS GERAKAN ROM
  1. Fleksi, Ekstensi
Fleksi adalah berupa gerakan pembengkojan sendi. Fleksi terjadi pada sendi engsel, contohnya fleksi sendi jari – jari
Ekstensi adalah gerakan pelurusan sendi, ekstensi bias terjadi pada sendi engsel, contohnya ekstensi sendi lutut

Contoh :
A.    Fleksi dan ekstensi leher ( kepala)
Gerakan kepala kearah atas dan bawah, gerakan kepala ( leher) seperti melihat kea rah kanan dan kiri ( fleksi lateral)
    

B.     Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
Gerakan tangan ke atas dan kebawah pada tangan kanan dan kiri

   


C.    Fleksi dan ekstensi siku
Gerakan siku ke atas dan kebawah pada siku kanan dan kiri


  

D.    Fleksi dan ekstensi jari – jari kaki
Gerakan jari kaki ke atas dan ke bawah pada kaki kanan dan kiri



E.     Fleksi dan ekstensi lutut

Gerakan lutut ke atas dan kebawah, seperti posisi mengkayuh sepeda pada kaki kanan dan kiri
  


F.      Fleksi dan Ekstensi pergelangan kaiki
Gerakan telapak kaki kearah betis, serta memjauhi lutut pada kaki kanan dan kiri

  1. PONASI DAN SUPINASI
PRONASI adalah gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah di taruh di atas meja ( menelungkup)
SUPINASI adalah gerakan berlawanan dengan pronasi, telapak menengadah


  1. ABDUKSI DAN ADDUKSI
ABDUKSI adalah gerakan yang menjauhi sumbu tubuh, Terjadi pada sendi peluru
ADDUKSI adalah gerakan yang mendekati sumbu tubuh ini berlawanan dengan gerakan abduksi

  1. INFERSI DAN EFERSI
INFERSI adalah gerakan menekuk telapak kaiki ke bagian dalam
EFERSI adalah meneku telapak kaki ke bagia luar\

  1. ROTASI
Adalah gerakan berputar yang terjadi pada sendi putar




3.TRANSPORTASI PASIEN

  1. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar
Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri,  atau tidak sadar dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.

Tujuan:
Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll.)

Alat dan Bahan :
1.              Brankar
2.              Bantal bila perlu

Prosedur :
1)      Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur.
2)      Dua atau tiga orang perawat menghadap Ke tempat tidur / pasien.
3)      Silangkan tangan pasien ke depan dada.
4)      Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh pasien.
5)      Perawat 1 meletakkan tangan dibawah leher / bahu dan bawah pinggang; perawat 2 meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien; perawat 3 meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.
6)      Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersamasama dan pindahkan ke brankar.
7)      Atur posisi pasien, dan pasang pengaman
8)      Tinggikan tingkat tempat tidur, sehingga sedikit lebih tinggi dari brankar.
9)      Pastikan rem terkunci pada kedua tempat tidur dan brankar.
10)  Lepaskan bantal dari tempat tidur dan letakkan di brankar.
11)  Bantu pasien miring menjauhi brankar, lalu pasang sliding board dibawah tubuh pasien.
12)  Bantu pasien kembali ke posisi telentang diatas sliding board dan silangkan lengan di dada.
13)  Perawat mengatur satu kaki di depan dengan lutut dan pinggul sedikit fleksi, pertahankan body align dengan punggung tetap lurus.
14)  Pada hitungan ketiga, dua perawat pada sisi brankar secara lembut menarik sliding board ke arah mereka.
15)  Miringkan pasien dan angkat sliding board.
16)  Atur pasien ke tengah brankar.
17)  Pastikan pasien merasa nyaman dan pasang rel pengaman brankar.






MEMINDAHKAN PASIEN KE KURSI RODA
A. Pengertian:
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.
B. Tujuan:
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri pasien
4. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
5. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan ini)
6. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring
7. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik.
C. Langkah:
1)      Ikuti protokol standar
2)      Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kurisi ini dalam posisi terkunci
3)      Pasang sabuk pemindahan pila perlu, sesuai kebijakan lembaga
4)      Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang satabil dan anti slip
5)      Regangkan kedua kaki anda
6)      Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan klien
7)      Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan pada skapula klien
8)      Angkat klien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul andan dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi
9)      Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut anda
10)  Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara langsung ke depan kursi
11)  Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
12)  Fleksikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
13)  Kaji klien untuk kesejajarn yang tepat
14)  Stabilkan tungkai dengan slimut mandi
15)  Ucapkan terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya
16)  Lengkapi akhir protokol





















4.BODY ALIGMENT
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan perawatan, dengan tujuan untuk kenyamanan pasien, pemudahan perawatan dan pemberian obat, menghindari terjadinya pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh tertentu.
Pengaturan posisi antara lain :

a.      POSISI FOWLER

Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi serta membantu eliminasi urine dan usus.
1.      Pengertian
 Tanpa fleksi lutut.Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-60
2.      Tujuan
1. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
2. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
3.      Prosedur kerja
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah pada saat kepala dianaikka
3.      fowler tinggi 60 sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45 sampai 603. Naikkan kepala bed 45
4.      Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.      Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
6.      Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
7.      Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien tidak melorot kebawah.
8.      Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
9.      Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
10.  Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
11.  Lepaskan sarung tangan dan cuci tangaN
12.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
ra lain adalah :
b.      SEMI FOWLER
Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk.
Tujuan:
a.       Mengurangi sesak napas
b.      Memberikan rasa nyaman
c.       Membantu memperlancar
d.      keluarnya cairan, misalnya pada WSD
e.       Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan
Dilakukan pada:
  1. Pasien sesak napas
  2. Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila pasien sudah sadar
Pelaksanaan:
  1. Pasien didudukkan, sandaran punggung diatur sampai setengah duduk dan dirapihkan
  2. Pada tempat tidur khusus, tempat tidurnya langsung diatur setengah duduk
  3. Pasien dirapihkan

c.       POSISI SIMS
Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien, sementara lengan atas didepan tubuh klien.
Tujuan
·         Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
·         Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang mengalami paralisis
·         Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal
·         Untuk tindakan pemberian enema

Prosedur kerja
a.       Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan Menurunkan transmisi mikroorganisme.
b.      Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
c.       Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen
d.      Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat dan mencegah fleksi lateral leher.
e.       Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
f.       Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.
g.      Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.
h.      Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
i.        Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j.         Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

d.      POSISI TRENDELENBURG
Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.
Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
e.       POSISI DORSAL RECUMBENT
Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan) di atas tempat tidur.
Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses persalinan.
f.       POSISI LITOTOMI
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Tujuan
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.


g.      POSISI GENU PECTORAL
Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan
Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.

h.      POSISI TERLENTANG (SUPINASI)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
Tujuan
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Prosedur kerja

1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3.      Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4.      Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah      disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5.      Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6.      Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9.      Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

i.        Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan
1.      Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan   ekspansi dada yang maksimal
2.      Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi

Prosedur kerja
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3.      Naikkan kepala bed 90
4.      Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5.      Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.
6.      Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
7.      Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul.
8.      Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
j.        Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau tenggorokan.
Prosedur kerja
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.
3.      Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4.      Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5.      Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6.      Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
7.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8.      Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
k.      POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Prosedur kerja
1.      Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.
2.      Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3.      Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4.      Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5.      Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6.      Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.
7.      Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
8.      Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.
9.      Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.  Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan