Jumat, 18 Februari 2011

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

ELIMINASI B.A.B
Program Studi Ilmu Keperawatan
Stikes Mutiara Indonesia
 Sumatera Utara - Medan

Eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda.

Klien sering meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal ; lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar mandi.
Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawata harus mengerti proses eliminasi yang normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi.
PENCERNAAN DAN ELIMINASI YANG NORMAL
Saluran gastrointestinal adalah sebuah rentetan saluran membran mukosa. Tujuan organ ini adalah untuk mengabsorpsi cairan dan nutrisi, menyiapkan makanan untuk absorpsi dan digunakan oleh sel-sel tubuh, dan merupakan tempat feses sementara. Volume dari cairan yang diabsorpsi oleh gastrointestinal banyak, membuat keseimbangan cairan sebagai fungsi utama dari sistem gastrointestinal. Pada pencernaan cairan dan makanan saluran gastrointestinal juga banyak mendapat sekresi dari organ-organ seperti kandung empedu dan pankreas.
Penyakit yang serius dapat mengganggu absorpsi dan sekresi yang normal dari saluran gastrointestinal, disebabkan karena ketidakseimbangan cairan.
MULUT
Saluran pencernaan merubah zat-zat makanan secara mekanik dan kimiawi. Semua organ pencernaan bekerja sama untuk memastikan massa atau bolus dari makanan dapat menjangkau daerah, penyerapan makanan dengan aman dan efektif.
Pencernaan secara mekanik dan kimiawi dimulai dari mulut. Gigi mengunyah makanan, memecahnya menjadi ukuran tertentu untuk ditelan. Sekresi saliva mengandung enzim seperti : ptialin yang memulai mencerna elemen makanan tertentu. Saliva mencairkan dan melembutkan bolus makanan yang ada di mulut agar lebih mudah ditelan.
Keseimbangan cairan pada saluran pencernaan
Pemasukan & sekresi(ml) Absorpsi(ml)
Makanan & minuman 1500
Saliva 1500
Cairan lambung 3000
Cairan pankreas 2000
Empedu 500
Cairan usus halus 5850
Kolon 2500
Feses 150
TOTAL 8500 8500
ESOPHAGUS
Ketika makanan memasuki esophagus bagian atas ia berjalan melewati spinkter esophagus bagian atas dimana ada sebuah otot sirkular yagn mencegah udara masuk ke esophagus dan makanan dari refluks ke tenggorokan. Bolus dari makanan mengadakan perjalanan sepanjang 25cm di esophagus. Makanan didorong oleh oleh kontraksi otot polos. Sebagian dari esophagus berkontraksi di belakang bolus makanan, otot sirkular di depan bolus. Gerakan peristaltik mendorong makanan ke gelombang berikutnya. Peristaltik menggerakkan makanan sepanjang saluran gastrointestinal. Dalam 15 detik bolus makanan berpindah dari esophagus bagian bawah. Spinkter esophagus bagian bawah terletak antara esophagus dan lambung, dan perbedaan tekanan ada di bagian akhir esophagus. Tekanan esophagus bagian bawah 10-40 mmHg, sedangkan tekanan lambung 5-10 mmHg. Tingginya tekanan biasanya menyebabkan refluks dari isi lambung ke esophagus. Faktor-faktor yagn mempengaruhi tekanan spinkter bagian bawah antara lain ; antasid yang menurunkan refluks ,dan makanan berlemak dan nikotin yang meninggikan refluks.
LAMBUNG
Dalam lambung, makanan disimpan sementara dan dipecahkan secara mekanik dan kimiawi untuk pencernaan dan absorpsi. Lambung mensekresi HCl, mukus, enzim pepsi, dan faktor intrinsik. Konsentrasi HCl mempengaruhi keasaman lambung dan keseimbangan asam dalam tubuh. Setiap molekul HCl yang disekresi di lambung, sebuah molekul bicarbonat memasuki plasma darah. HCl membantu pencampuran dan pemecahan makanan di lambung, mukus melindungi mukosa lambung dari keasaman dan aktivitas enzim. Pepsin mencerna protein, walaupun tidak banyak pencernaan yagn terjadi di lambung. Faktor intrinsik merupakan komponen penting yagn dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12 di usus dan pembentukan sel darah merah. Kekurangan faktor intrinsik menyebabkan anemia.
Sebelum makanan meninggalkan lambung ia diubah menjadi bahan yang semifluid yagn disebut CHYME.Chyme lebih mudah dicerna dan diabsorpsi daripada makanan yang padat.klien yang sebagian lambungnya hilang atau menderita gastritis mempunyai masalah pencernaan yang serius karena makanan tidak diubah menjadi chyme. Makanan memasuki usus halus sebelum dipecah menjadi makanan yang benar-benar semifluid.
USUS HALUS
Selama proses pencernaan chyme meninggalkan lambung dan memasuki usus halus. Usus halus merupakan suatu saluran yagn diameternya 2,5 cm dan panjangnya 6 m. ua terdiri dari 3 bagian : duodenum, jejenum, ileum.
tercampur dengan enzim pencernaan (seperti empedu dan amilase) ketika berjalan melewati usus halus. Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari otot polos) mengaduk chyme untukselanjutnya memecah makanan untuk dicerna ketika chyme diaduk, gerakan peristaltik berhenti sementara agar absorpsi terjadi. Chyme berjalan dengan lambat di saluran cerna untuk doabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yang diabsorpsi di usus halus. Enzim dari pankreas (amilase) dan empedu dari kandung empedu. Usus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen dasar. Hampir seluruh makanan diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileum mengabsorpsi beberapa vitamin, zat besi dan garam empedu. Jika fungsinya terganggu, proses pencernaan berubah secara drastis. Contoh : inflamasi, bedah caesar,atau obstruksi dapat mengganggu peristaltik, mengurangi ares absorpsi, atau memblok jalan chyme.
USUS BESAR
Bagian bawah dari saluran gastrointestinal adalah usus besar (kolon) karena diameternya lebih besar dari usus halus. Bagaimanapun panjangnya antara 1,5-1,8 cm adalah lebih pendek. Usus besar terbagi atas caecum, kolon, dan rektum. Ini adalah organ penting dari eliminasi b.a.b.
CAECUM
Chyme yang diabsorpsi memasuki usus besar pada caecum melalui katup ileocecal, dimana lapisan otot sirkular mencegah regurgitasi (makanan kembali ke usus halus).
KOLON
Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang. Kolon terdiri dari ascending, transverse, descending, & sigmoid.
Kolon mempunyai 4 fungsi : absorpsi, proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Sejumlah besar air dan sejumlah natrium dan clorida diabsorpsi setiap hati. Ketika makanan berjalan melalui kolon, terjadi kontraksi HAUSTRAL. Ini sama dengan kontraksi segmental dari usus halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5 manit.kontraksi menghasilkan pundi-pundi besar di dinding kolon yagn merupakan area untuk absorpsi.
Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24jam, rata-rata 55mEq dari natrium dan 23mEq dari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yagn diamsorpsi dari chyme tergantung dari kecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut, berbentuk massa. Jika kecepatan kontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti ada kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air dan feses menjadi encer. Jika kontraksi peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang keras sehingga menyebabkan konstipasi.
Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous. Mucous biasanya bersih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Mucous melumasi kolon, mencegah trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu yagn penting di dekat distal dari kolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras.
Fungsi sekresi dari kolon membantu dalam keseimbanan elektrolit. Bicarbonat disekresi untuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari oleh usus besar. Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus dihasilkan dari tertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan kerja bakteri pada karbohidrat yang tidak bisa diserap. Fermenrasi dari karbohidrat (seperti kol dan bawang) menghasilkan gas pada usus yang dapat merangsang peristaltik. Orang dewasa biasanya membentuk 400-700 ml flatus setiap hari.
REKTUM DAN KANAL ANAL
Rektum pada oranga dewasa biasanya mempunyai panjang 10-15 cm. Bagian distal yagn panjangnya 2,5-5 cm adalah kanal anus. Panjang rektum bervariasi menurut umur :
1. infant : 2,4-,8 cm
2. toddler : 4 cm
3. prasekolah : 7,6 cm
4. sekolah : 10 cm
Pada rektum terdapat 3 lapisan jaringan yang bentuknya saling berseberangan terhadap rektum dan beberapa lipatan letaknya vertikal. Setiap lipatan yang vertikal terdiri dari sebuah vena dan arteri. Dipercaya bahwa lipatan-lipatan ini membantu pergerakan feses pada rektum. Ketika vena dilatasi dapat terjadi dengan tekanan yang berulang-ulang, kondisi ini dikenal dengan HEMORHOID.
Kanal anal dikelilingi oleh ptpt spinkter internal dan eksternal. Internal spinkter berada di bawah kontrol syaraf involunter, dan spinkter eksternal secara normal dipengaruhi syaraf volunter. Kerja dari spinkter eksterna diperbesar oleh otot levator ani pada dasar pelvik. Spinkter internal dapat dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom, spesime syaraf eksternal dipengaruhi oleh sistem syaraf somatik

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEFEKASI

1.Umur 7. Obat-obatan (medikasi)
2.Diet 8. Prosedur diagnostik
3. Cairan (fluid) 9. Anastesi dan pembedahan
4. Tonus otot 10. Nyeri
5. Faktor psikologi 11. Iritan
6. Gaya hidup 12. Gangguan syaraf sensorik dan
motorik
1. UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
2. DIET
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama.


setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3. CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
4. TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
5. FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6. GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.

Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
8. PROSEDUR DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada


pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien biasanya tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.
9. ANASTESI DAN PEMBEDAHAN
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi lokal akan mengalami hal seperti itu juga.

Pembedahan yang langsung melibatkan intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam. Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.
10.NYERI
Klien yang mengalami ketidaknyamanan defekasi seperti pasca bedah hemorhoid biasanya sering menekan keinginan untuk defekasi guna menghindari nyeri. Klien seperti ini akan mengalami konstipasi sebagai akibatnya.
11.IRITAN
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus
12.GANGGUAN SYARAF SENSORIK DAN MOTORIK
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani.

MASALAH-MASALAH UMUM PADA ELIMINASI FESES

1. Konstipasi
2. Impaksi feses
3. Diare
4. Fecal inkontinentia
5. Flatulence
6. Hemorhoid

KONSTIPASI

Konstipasi berhubungan dengan jalan yagn kecil, kering, kotoran yang keras, atau tidak ada lewatnya kotoran di usus untuk beberapa waktu. Ini terjadi ketika pergerakan feses melalui usus besar lambat, hal ini ditambah lagi dengan reabsorbsi cairan di usus besar. Konstipasi berhubungan dengan pengosongan kotoran yang sulit dan meningkatnya usaha atau tegangan dari otot-otot volunter pada proses defekasi.
Ada banyak penyebab konstipasi :
1. Kebiasaan buang air besar (b.a.b) yang tidak teratur
Salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan konstipasi adalah kebiasaan b.a.b yang tidak teratur. Refleks defekasi yagn normal dihambat atau diabaikan, refleks-refleks ini terkondisi untuk menjadi semakin melemah. Ketika kebiasaan diabaikan, keinginan untuk defekasi habis.
Anak pada masa bermain bisa mengabaikan refleks-refleks ini ; orang dewasa mengabaikannya karena tekanan waktu dan pekerjaan.
Klien yang dirawat inap bisa menekan keinginan buang air besar karena malu menggunakan bedpan atau karena proses defekasi yang sangat tidak nyaman. Perubahan rutinitas dan diet juga dapat berperan dalam konstipasi. Jalan terbaik untuk menghindari konstipasi adalah membiasakan b.a.b teratur dalam kehidupan.
2. Penggunaan laxative yang berlebihan
Laxative sering digunakan untuk menghilangkan ketidakteraturan buang air besar. Penggunaan laxative yang berlebihan mempunyai efek yang sama dengan mengabaikan keinginan b.a.b – refleks pada proses defekasi yang alami dihambat. Kebiasaan pengguna laxative bahkan memerlukan dosis yang lebih besar dan kuat, sejak mereka mengalami efek yang semakin berkurang dengan penggunaan yang terus-menerus (toleransi obat).
3. Peningkatan stres psikologi
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.
4. Ketidaksesuaian diet
Makanan lunak dan rendah serat yang berkurang pada feses sehingga menghasilkan produk sisa yang tidak cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar bergerak lebih lambat di saluran cerna. Meningkatnya asupan cairan dengan makanan seperti itu meningkatkan pergerakan makanan tersebut.
5. Obat-obatan
Banya obat menyebabkan efek samping kponstipasi. Beberapa di antaranya seperti ; morfiin, codein, sama halnya dengan obat-obatan adrenergik dan antikolinergik, melambatkan pergerakan dari colon melalui kerja mereka pada sistem syaraf pusat. Kemudian, menyebabkan konstipasi yang lainnya seperti: zat besi, mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang.
6. Latihan yang tidak cukup
Pada klien yang pada waktu yang lama otot secara umum melemah, termasuk otot abdomen, diafragma, dasar pelvik, yang digunakan pada proses defekasi. Secara tidak langsung kurangnya latihan dihubungkan dengan kurangnya nafsu makan dan kemungkinan kurangnya jumlah serat, yang penting untuk merangsang refleks pada proses defekasi.
7. Umur
Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan defekasi.
8. Proses penyakit
Beberapa penyakit pada usus dapat menyebabkan konstipasi, beberapa di antaranya obstruksi usus, nyeri ketika defekasi berhubungan dengan hemorhoid, yang membuat orang menghindari defekasi; paralisis, yang menghambat kemapuan klien untuk buang air besar; terjadinya peradangan pelvik yang menghasilkan paralisis atau atoni pada usus.
Konstipasi bisa jadi beresiko pada klien, regangan ketika b.a.b dapat menyebabkan stres pada abdomen atau luka pada perineum (post operasi). Ruptur merusak mereka jika tekanan cukup besar. Ditambah lagi peregangan sering bersamaan dengan tertahannya napas. Gerakan ini dapat menciptakan masalah yagn serius pada orang dengan sakit jantung, trauma otak, atau penyakit pada pernapasan. Tertahannya napas meningkatkan tekanan intratorakan dan intrakranial. Pada beberapa tingkatan, tingkatan ini dapat dikurangi jika seseorang mengeluarkan napas melalui mulut ketika regangan terjadi. Bagaimanapun, menghindari regangan merupakan pencegahan yang terbaik.

IMPAKSI FESES (tertahannya feses)
Impaksi feses dapat didefenisikan sebagai suatu massa atau kumpulan yang mengeras, feses seperti dempul pada lipatan rektum. Impaksi terjadi pada retensi yang lama dan akumulasi dari bahan-bahan feses. Pada impaksi yagn gawat feses terkumpul dan ada di dalam colon sigmoid. Impaksi feses ditandai dengan adanya diare dan kotoran yagn tidak normal. Cairan merembes keluar feses sekeliling dari massa yang tertahan. Impaksi dapat juga dinilai dengan pemeriksaan digital pada rektum, selama impaksi massa yang mengeras sering juga dapat dipalpasi.
Diare yan gbersama dengan konstipasi, termasuk gejala yang sering tetapi tidak ada keinginan untuk defekasi dan nyeri pada rektum. Hadirnya tanda-tanda umum dari terjadinya penyakit ; klien menjadi anoreksia, abdomen menjadi regang dan bisa juga terjadi muntah.
Penyebab dari impaksi feses biasanya kebiasaan buan gair besar yang jarang dan konstipasi. Obat-obat tertentu juga berperan serta pada impaksi. Barium digunakan pada pemeriksaan radiologi pada saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah dapat menjadi faktor penyebab, sehingga setelah pemeriksaan ini hasil pengukuran diperoleh untuk memastikan pergerakan barium.
Pada orang yang lebih tua faktor-faktor yang beragam dapat menyebabkan impaksi ; asupan cairan yang kurang, diet yang kurang serat, rendahnya aktivitas, melemahnya tonus otot.
Pemeriksaan digital harus dilakukan dengan lembut dan hati-hati karena perangsangan pada nervus vagus di dinding rektum dapat memperlambat kerja jantung pasien.

DIARE

Diare berhubungan dengan pengeluaran feses yang cair dan meningkatnya frekuensi dari proses defekasi. Ini adalah lawan dari konstipasi dan dampak dari cepatnya perjalanan feses melalui usus besar. Cepatnya perjalanan chyme mengurangi waktu untuk usus besar mereabsorbsi air dan elektrolit. Sebagian orang mengeluarkan kotoran dengan frekuensi yang meningkat, tetapi bukan diare, dikatakan diare jika kotoran tidak berbentuk dan cair sekali. Pada orang dengan diare dijumpai kesulitan dan ketidakmungkinan untuk mengontrol keinginan defekasi dalam waktu yang lama.
Diare dengan ancaman tidak terkontrolnya buang air besar merupakan sumber dari perhatian dan rasa malu. Sering, spasmodik dan kram abdomen yang sangat sakit berhubungan dengan diare. Kadang-kadang klien mengeluarkan darah dan lendir yang banyak ; mual dan muntah juga bisa terjadi. Pada diare persisten,secara umum bisa terjadi perluasan iritasi pada daerah anus ke daerah perineum dan bokong. Fatique, kelemahan, malaise dan berat badan yang berkuran gmerupakan dampak dari diare yang berkepanjangan.
Ketika penyebab diare adalah iritasi pada saluran intestinal, diare diperkirakan sebagai mekanisme pembilasan sebagai perlindungan. Itu bisa menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit dalam tubuh, bagaimanapun, itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang menakutkan dalam waktu yang singkat, terutama pada bayi dan anak kecil.
Tabel: penyebab yang sering menyebabkan diare Penyebab
Respon fisiologi
Stres psikologi
Obat-obatan
Antibiotik
Zat besi
Zat katartik
Alergi pada makanan atau minuman
Intoleransi pada makanan atau minuman
Penyakit pada kolon
Sindrom malabsorpsi
Penyakit Chrohn
Peningkatan pergerakan intestinal dan sekresi mukus
Inflamasi dan infeksi pada mukosa mengarah pada pertunbuhan yang berlebih dari mikroorganisme yang normal pada intestinal
Iritasi pada mukosa intestinal
Iritasi pada mukosa intestinal
Pencernaan makan dan minuman yang inkomplit
Peningkatan pergerakan intestinal dan sekresi mukus
Mengurangi absorpsi cairan
Inflamasi mukosa sering mengarah pada bentuk luka

PERKEMBANGAN DEWASA AWAL


TUGAS MAKALAH
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL USIA 22-35 TAHUN


 







STIKES MUTIARA INDONESIA
SUMATERA UTARA - MEDAN


NAMA              : BERNARDO SIMATUPANG
NIM                  : 10.02.060
PROGRAM      : SARJANA ILMU KEPERAWATAN
DOSEN            : Ns. ROSETY S.Kep






Pertumbuhan dan Perkembangan Sepanjang Hayat
Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan paten perubahan fizikal, kognitif dan sosio-emosi sepanjang pusingan hayat manusia. Manusia secara fitrahnya berkembang seperti bulan sabit: bersifat lemah pada usia awalnya, semakin membesar dan kuat pada usia pertengahan dan menjadi lemah kembali pada usia emas. Justeru, pertumbuhan dan perkembangan manusia meliputi dari saat terbentuknya janin manusia sehingga menjadi seorang bayi dan seterusnya berkembang menjadi seorang kanak-kanak, remaja, dewasa dan berakhir dengan detik kematian.
Falsafah Fitrah Kejadian Manusia
Ahli falsafah menanggap fitrah kejadian manusia berasaskan konsep tiga konsep iaitu semulajadi berdosa, tabula rasa dan ‘innate goodness’.
Pada kurun pertengahan, kanak-kanak dipercayai lahir dengan dosa dan kejahatan. Justeru, tujuan pengasuhan kanak-kanak adalah untuk membersihkan mereka daripada dosa-dosa tersebut. Pada kurun ke-17, John Locke memperkenalkan konsep tabula rasa. Kanak-kanak diibaratkan seperti ‘blank blanket’. Keperibadiannya terbentuk daripada pengalaman.
Pada kurun berikutnya, Jean-Jacques Rousseau memperkenalkan konsep innate goodness view. Menurutnya, kanak-kanak dilahirkan dengan keadaan sedia baik. Oleh itu, beliau mencadangkan agar kanak-kanak dibiarkan membesarkan secara semula-jadi dengan pengawasan yang minimum.
Falsafah Kejadian Manusia Daripada Perspektif Al-Quran & SunnahBerikut merupakan antara falsafah fitrah kejadian manusia yang diwariskan melalui Quran dan sunnah:
  • Manusia adalah sebaik-baik kejadian
  • Manusia adalah khalifah Allah (mengurus dan mentadbir alam) menuju kesejahteraan
  • Manusia pertama (Adam) dicipta dari tanah, manakala Hawa (isteri Adam) dicipta dari tulang rusuk kiri Adam
  • Anak lahir ibarat kain putih. Ibubapa yang menjadikannya seorang majusi, nasrani dsb.
  • Setiap manusia mempunyai dua musuh utama sejak lahir iaitu hawa nafsu dan syaitan
  • Para Rasul diutus untuk memimpin manusia pada jalan kebenaran
  • Manusia yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa & berakhlak mulia
  • Setiap manusia mempunyai nasib tersendiri (Qada’ dan Qadar)
  • Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah
  • Manusia bersifat gelisah dan tergesa-gesa, kecuali orang-orang yang sabar dan tetap dalam mendirikan solat dengan sempurna
  • Manusia dihidupkan dan dimatikan untuk diuji siapakah yang terbaik amalannya ketika di dunia
  • Pusingan hidup manusia ibarat bulan sabit
  • Setiap manusia akan diberi pembalasan di hari akhirat
  • Kehidupan di dunia bersifat sementara. Kehidupan abadi (tanpa kematian) adalah di akhirat.
Proses dan Jangka Masa Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai persamaan dan perbezaan di antara satu sama lain. Perkembangan manusia juga bersifat kompleks kerana ianya terhasil daripada proses biologi, kognitif dan sosio-emosi manusia. Setiap manusia melalui proses kelahiran, tumbesaran dan kematian. Namun dalam proses tersebut, setiap individu melalui pengalaman yang berbeza dan akhirnya menjadikan setiap individu adalah unik.
Proses Biologi, Kognitif dan Psiko-Emosi
Proses biologi merupakan proses perubahan fizikal manusia secara semula-jadi. Gen daripada keluarga, pertumbuhan otak, pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan kemahiran motor, perubahan hormon dan penurunan kardiovaskular mencerminkan peranan proses biologi dalam pertumbuhan manusia.
Proses kognitif merupakan perubahan pemikiran, kepintaran dan bahasa manusia. Proses sosio-emosi pula berkait dengan perubahan dalam hubungan manusia dengan orang lain, perubahan emosi serta personalitinya.
Kesemua proses ini saling berhubungan, berintegrasi dan mempengaruhi antara satu sama lain. Sehubungan itu, pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah intergrasi antara proses biologi, kognitif dan sosio-emosi manusia.
Tempoh Perkembangan
Tempoh perkembangan merujuk kepada jangka masa dalam kehidupan seseorang yang ditandakan dengan beberapa kriteria. Tempoh perkembangan manusia dibahagikan tahap mengikut turutan Yaitu:
  1. Prenatal: Prenatal adalah tempoh masa dari dalam kandungan sehingga kelahiran. Melibatkan pertumbuhan pesat dari satu unit sel kepada satu ornisma kompleks.

  1. Bayi: 18 bulan hingga 24 bulan. Tempoh kebergantungan yang tinggi kepada orang dewasa dan tempoh permulaan aktiviti psikologi.

  1. Kanak-kanak awal: 25 bulan hingga 6 tahun. Juga dikenali sebagai peringkat pra-sekolah. Belajar menjadi self-sufficient, bersedia untuk belajar dan suka bermain dengan rakan sebaya.

  1. Kanak-kanak pertengahan dan akhir: 6 hingga 11 tahun. Mula bersekolah. Dikenali sebagai tempoh the elementary school year. Mula menguasai kemahiran membaca, mengira dan menulis.

  1. Remaja: Tempoh transisi daripada kanak-kanak kepada orang dewasa awal. Bermula antara 10-12 tahun sehingga 18-22 tahun. Mengalami pertumbuhan biologi yang pesat. Mula berdikari, membentuk identiti, berfikiran logik, abstrak dan idealistik.

  1. Dewasa awal: Awal 20-an hingga 30-an. Masa pengukuhan pribadi, ekonomi dan memulakan hidup berkeluarga.

  1. Dewasa pertengahan: 40 an-60-an. Menjadi matang dan memperolehi kepuasan kerjaya.

  1. Dewasa akhir: 60-an atau 70-an hingga meninggal dunia. Terbahagi kepada dua iaitu tua awal (65-74 tahun) dan tua akhir (75 tahun dan ke atas).
Isu Perkembangan
  1. Nature and nurture: Perkembangan dipengaruhi oleh faktor semulajadi (sifat biologi manusia) atau pengasuhan.
  2. Continuity and discontinuity: Perkembangan melibatkan perubahan kumulatif (continuity) atau distinct states (discontinuity)
  3. Kestabilan dan perubahan: Pembangunan manusia melibatkan kestabilan atau perubahan.
A. Perkembangan Aspek Fisik
Daur Pertumbuhan Fisik
Petumbuhan fisik tidak dapat dikatakan mengikuti pola ketetapan yang tertentu. Pertumbuha tesebut terjadi secara bertahap atau dengan kata lain seperti naik turunnya gelombang adakalanya cepat adakalanya lambat.
Daur Pertumbuha Utama
Studi tentang pertumbuhan fisik telah menunjukkan bahwa pertumbuha aak dapat di bagi menjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat da dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sagat cepat. Pada akhir tahu pertama kehidupan pascalahirnya, pertumbuhan memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sampai si anak memasuki tahap remaja, atau tahap kemataga kehidupa seksualnya.
Keanekaragaman Daur Pertumbuhan
Ukuran dan bangun tubuh yag diwariskan secara genetik, juga mempengaruhi laju pertumbuhan tersebut. Anak-anak yang mempunyai bangun tubuh kekar biyasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan mereka yang bangun tubuhnya kecil atau sedang. Anak-anak dengan bangun tubuh besar ini, biyasanya akan memasuki tahap remaja lebih cepat dari pada teman sebayanya yang mempunyai bangun tubuh lebih kecil.
Besar Kecilnya Ukuran Tubuh
Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan juga factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.
Tinggi Tubuh
Anak-anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam (gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tinggi badan

Berat Tubuh
Rata-rata berat bayi ketika dilahirkan adalah 3 sampai 4 kg, tatapi ada juga beberapa bayi yany beratnya 1½ sampai 2 kg.Pada waktu berusia 2 dan 3 tahun berat tubuh anak akan bertabah 1½ sampai 2 ½ kg setiap tahunnya. Setelah anak berusia 3 tahun, nampak berat tubuh tidak lagi bertambah dengan cepat, bahkan cenderung pelahan sampai saatnya nanti ia memasuki usia remaja. Pada usia 5 tahun, seorang anak yang normal akan memiliki berat tubuh yang berkisar antara 40 dan 45 kg.
Proporsi Tubuh
Proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara keseluruhan pada bayi jelas berbeda dari proporsi orang dewasa. Pertumbuhan tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi badan anak lebih cepat dari pada pertumbuhan berat badannya. Kecuali pada tahun pertama kehidupan sewaktu ia tumbuh dengan cepat
Tulang
Perkembangan tulang yang terjadi pada setiap manusia biasaya mencakup pertumbuhan tulang, perubahan jumlah tulang, dan perubaha komposisi tulang. Perkembangan tulang ini sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan umumnya yaitu pada tahu pertama pertumbuhan cepat sekali, kemudia lambat da pada saat remaja menjadi cepat kembali.
Pertumbuhan tulang terjadi karea memang ada pemajanga pada ujung tulang. Epiphisis, juga disebut tulang rawa memisahka baying tulang atau yang disebut diaphsis dari tulang laiya.
Otot dan Lemak
Pada saat seseorang dilahirkan, dia sudah mempunyai serabut otot, tetapi masih belum berkembang. Setelah kelahiraya, serabut ini akan berubah ukuran, betuk dan komposisi. Pajag, lebar, dan ketebalan otot ini akan mengalami proses pertumbuhan. Memasuki usia dewasa, otot ini telah berkembang sebanyak lima kali dari saat dilahirkan.
Dalam perkembangan pembentukan sel lemak ada tiga periode kriis. Periode pertama selama tiga bulan terakhir kehidupan pra lahir, periode kedua selama dua sampai tiga tahun kehidupa pasca lahir dan periode ke tiga atara usia sebelas sampai tiga belas tahun.
Gigi
Biasanya gigi susu sudah akan memotong graham bayi ketika ia berusia enam sampai delapan bulan, tetapi kapan tepatnya gigi itu tumbuh keluar tergantug pada kesehatan, keturuan, gizi, jenis kelamin anak, dan factor lainnya. Rata-rata anak usia sembilan bulan sudah memilki tiga gigi sedangkan pada usia dua sampai dua setengah tubuh mereka akan memiliki dua puluh gigi susu yang telah tumbuh.
Setelah gigi susu tumbuh sempurna, dalam gusi anak nantinya calon gigi tetap mlai diberi kapur pengguat. Urutan gigi tetap yag diberi kapur penguat ini sama dengan proses terjadinya pemunculan gigi susu. Rata-rata anak berusia enam tahun akan mempunyai satu atau dua gigi tetap, pada usia sepuluh tahun mempunyai empat belas sampai enam belas gigi susu, da pada usia 13 tahun telah memiliki 27 atau 28 gigi tetap. Empat gigi tetap terakir, yang serig disebut sebagai gigi kebijakan akan tumbuh pada usia 17 dan 25 tahun.
B. Perkembangan Aspek Moral
Untuk mempermudah dalam membahas perkembangan moral, prlu untuk dimengerti arti istilah tersebut.
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “Moral”berasal dari kata latinyang berarti tatacara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral- peraturan perilakuyang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan popla perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standart sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran sengaja terhadap standart kelompok. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral dari pad takbermoral.
Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standart kelompok tentang yang bernar dan yang salah.
Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok utama:
1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
2) Mengembangkan hati nurani.
3) Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok.
4) Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.
Pola Perkembangan Moral
Menurut Peaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama disebut tahap realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut moralitas otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)
Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai
maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atu salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
Elizabeth B. Hurlock merumuskan tahap perkembangan manusia secara lebih lengkap sebagai berikut:
1. Masa Pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir.
2. Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua.
3. Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
4. Masa Kanak- Kanak awal, umur 2 – 6 tahun.
5. Masa Kanak- Kanak akhir, umur 6 – 10 atau 11 tahun.
6. Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11 – 13 tahun
7. Masa Remaja Awal, umur 13 – 17 tahun. Masa remaja akhir 17 – 21 tahun.
8. Masa Dewasa Awal, umur 21 – 40 tahun.
9. Masa Setengah Baya, umur 40 – 60 tahun.
10. Masa Tua, umur 60 tahun keatas.
2. Agama Pada Masa Anak- Anak
Sebagaimana dijelaskan diatas, yang dimaksud dengan masa anak- anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan:
1. 0 – 2 tahun (masa vital)
2. 2 – 6 tahun (masa kanak- kanak)
Menurut Zakiah Daradjat, sebelum usia 7 tahun perasaan anak terhadap tuhan pada dasarnya negative. Ia berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan tuhan. Sedang gambaran mereka tentang Tuhan sesuai dengan emosinya. Kepercayaan yang terus menerus tentang Tuhan, tempat dan bentuknya bukanlah karena rasa ingin tahunya, tapi didorong oleh perasaan takut dan ingin rasa aman, kecuali jika orang tua anak mendidik anak supaya mengenal sifat Tuhan yang menyenangkan. Namun pada pada masa kedua (27 tahun keatas) perasaan si anak terhadap Tuhan berganti positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting.

 

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSI DAN KRISIS DEWASA PERTENGAHAN

Usia dewasa pertengahan sememangnya membawa pelbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali aspek sosio-emosi dan krisis yang melanda mereka pada tahap ini. Carl Jung menyatakan bahawa perubahan psikologi dirasakan bermula ketika umur 35 dan 40 tahun. Pada masa ini juga Jung berpendapat bahawa terdapat perubahan pada karakter personaliti yang terpendam selama ini (berubah atau timbul) manakala karakteristik yang lain semakin kurang penting dan mungkin diganti dengan tret personaliti yang berbeza. Skema Lavinson menyatakan bahawa transisi usia pertengahan bermula sekitar usia 40tahun dan bertindak sebagai penghubung kepada usia dewasa akhir. Ada 3 perkara penting yang terkandung dalam skema ini;

1. Melihat semula dan
2. Memperbaik aspek-aspek dalam kehidupan mereka dan menguji elemen-elemen pada struktur hidup mereka yang baru.
3. Menyelesaikan masalah psikologikal sebaik memasuki usia pertengahan.
Individu pada usia pertengahan ini dilabelkan sebagai ‘generasi sandwich’ kerana mereka bertanggungjawab ke atas ibu bapa dan dalam masa yang sama, mereka mempunyai tanggungjawab ke atas anak-anak mereka juga. Perkembangan personaliti pada usia pertengahan dapat dilihat daripada perubahan daripada perasaan atau emosi aktif kepada pasif. Penyelidik berpendapat bahawa pada usia 40, manusia merasakan mereka mampu mengawal persekitaran, halatuju dan juga akibat daripada keputusan mereka sendiri. Tetapi pada umur 60 pula, mereka merasakan kelakuan berisiko adalah sesuatu yang berbahaya dalam hidup mereka. Perspektif individu terhadap masa juga berubah dan ia mempengaruhi konstruk personaliti dan pemahaman kendiri mereka. Individu dewasa pertengahan ini menukar pandangan mereka bahawa masa adalah merujuk kepada apa yang tinggal sebelum mereka mati dan hal ini menyumbang tekanan untuk melakukan perubahan dalam hidup. Kimmel(1980) menyatakan bahawa personaliti usia pertengahan adalah lebih stabil daripada kehidupan awal mereka. Individu ini juga menambah pengalaman mereka untuk mengendalikan stress dan masalah.

Krisis Atau Transisi Dewasa Pertengahan.
1. Masa Transisi ( masa peralihan )
Usia dewasa pertengahan merupakan usia peralihan dari tahap dewasa awal ke tahap tua iaitu peringkat fungsi fizikal dan mental individu mula berkurangan.
Individu wanita mengalami menopause iaitu kehilangan kemampuan reproduksi , manakala individu lelaki mengalami perubahan dalam kejantanan mereka. Ketika melalui peringkat ini, samada lelaki atau wanita akan mengalami kekeliruan menjalani usia pertengahan. Individu di peringkat ini tidak tahu di mana kedudukan mereka yang sebenarnya kerana mereka berada di tengah-tengah, antara muda dan tua. Terdapat individu yang berasa tidak selesa (canggung) dan tidak tahu membawa diri mereka, hingga terdapat individu yang mencuba meyakinkan diri bahawa mereka masih muda dengan ucapan, cara berpakaian dan juga bertingkah laku seperti orang muda.


2. Masa Pencapaian (prestasi)
Pada usia 40-an, individu sudah mencapai tahap prestasi yang baik dalam hidup berikutan pendidikan dan juga pengalaman- pengalaman yang banyak. Individu tahap ini, kebiasaannya mempunyai hubungan-hubungan interpesonal yang luas dan mendapat kepercayaan untuk memegang sesebuah tanggungjawab atau jawatan dalam organisasi (pemimpin) dan mendapat status sosial yang kukuh dalam masyarakat. Manakala kedudukan kewangan pada tahap ini seharusnya adalah kukuh berikutan tahap ini adalah tahap individu sudah mencapai kejayaan dalam kerjaya.


3. Ketidakseimbangan Perubahan Pola Hidup
Penyesuaian terhadap perubahan pola hidup yang disebabkan oleh adanya perubahan fizikal dapat mempengaruhi keseimbangan psikologi seseorang. Terdapat beberapa perkara yang boleh menimbulkan ketidakseimbangan tersebut seperti berikut;

1. ketegangan somatik - iaitu tanda-tanda lanjut usia (tua) atau perubahan fizikal

2. ketegangan kebudayaan- iaitu kebiasaan dalam sosio-budaya yang menganggap bahawa individu yang muda adalah lebih baik (produktif).
3. ketegangan ekonomi – iaitu adanya tuntutan ekonomi dari keluarga berikutan keperluan pendidikan anak-anak dan sebagai lambang status keluarga.
4. ketegangan psikologi – “psychological stress” disebabkan kehilangan pasangan seperti kematian atau perceraian, ditinggalkan anak yang sudah berkahwin, tekanan kerja, kebosanan terhadap rutin harian yang sama (monoton) atau adanya perasaan “tidak muda lagi”.

4. “Usia Berbahaya”
Interprestasi dari “usia berbahaya” boleh dikaitkan dengan individu lelaki yang cuba membuktikan bahawa mereka masih mampu menarik perhatian kaum wanita pada usia sebelum tua. Dalam tempoh ini, pelbagai masalah hubungan keluarga boleh berlaku seperti ketidaksetiaan mahupun perceraian. Selain itu, ia juga dianggap usia berbahaya kerana terdapatnya kecenderungan bekerja keras yang keterlaluan, berfikir secara berlebih-lebihan atau mengamalkan cara hidup tidak seimbang atau tidak sihat, sedangkan individu dewasa pertengahan mempunyai keadaan fizikal yang tidak mengizinkan. Sebagai kesannya, individu mudah terdedah dengan pelbagai penyakit seperti lemah jantung, darah tinggi dan sebagainya. Disamping itu, individu peringkat ini juga terdedah kepada masalah mental yang serius jika tidak dapat mengawal dan mengimbangi masalah atau konflik dari dalam diri dengan keadaan usia mereka.

‘GENDER CROSSOVER EFFECT’
Kajian menunjukkan lelaki pada umur 55 tahun kurang aktif tetapi perempuan berubah dari pasif kepada aktif dari segi penyelesaian masalah. Dalam kata yang lain, lelaki muda mengunakan kekuatan atau paksaan kepada personalitinya untuk memanipulasi orang atau benda lain bagi mencapai matlamatnya. Tetapi, pada usia pertengahan, mereka berubah menjadi lebih kepada psikologi untuk memanipulasi, mempengaruhi atau memujuk untuk mendapatkan keinginan mereka. Proses ini adalah terbalik pada wanita. Hal ini kerana wanita didapati begitu asyik dengan tugas dan peranannya dalam menjaga dan membesarkan anak-anak semasa lewat remaja dan awal dewasa. Manakala lelaki pula lebih fokus pada saingan untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Apabila masa berlalu, lelaki menjadi lebih lebih bebas untuk relaks dan meneroka sisi feminin mereka dan begitu juga sebaliknya.
Bagi seorang pengkaji, Robert Peck, beliau telah menambah baik idea Erikson tentang konsep generativiti yang dibangunkan semasa dewasa pertengahan ini. Peck menyatakan bahawa semasa usia pertengahan ini, individu lebih fokus kepada mencapai sesuatu yang lebih sihat berbanding apa yang dikatakan Erikson tentang generativiti. Fokusnya meliputi;
1. ‘Valuing Wisdom versus Valuing Physical Powers’
• Kekuatan fizikal yang semakin berkurang, daya tarikan fizikal juga semakin berkurang. Jadi, semua ini tidak lagi jadi ukuran untuk kompetensi. Individu perlu belajar cara untuk menghargai pengetahuan mereka melalui pengalaman atau dengan kata lain menggunakan lebih pemikiran berbanding fizikal mereka.
2. ‘Socializing versus Sexualizing in Human Relationship’
• Pengalaman mengalami menopaus atau klimakterik. Manusia harus menilai semula hubungan mereka dengan maksud mereka harus menekankan prinsip ‘teman’(companionship) dan bukannya isu seksual semata-mata.
3. ‘Cathetic(emotional) Flexibility versus Cathetic Impoverishment’
• Mereka yang melalui usia dewasa pertengahan ini menyedari sesuatu tentang tolak-ansur emosi mereka. Mereka belajar bagaimana menunjukkan atau menyalurkan emosi mereka terhadap seseorang atau sesuatu seperti melihat rakan dan keluarga mereka meninggal, anak-anak meninggalkan rumah, pencen dan sebagainya.

4. ‘Mental Flexibility versus Mental Rigidity’
• Mereka yang berada dalam lingkungan usia pertengahan ini harus berperang dengan rasa kecukupan pengetahuan mereka. Kecukupan pengetahuan ini bermaksud mereka menolak idea-idea baru, penyelesaian dan alternatif. Ini adalah sifat-sifat mental yang rigid. Contohnya dengan menyatakan “Saya tidak fikir kenapa saya perlu ubah cara saya.”

Dari perspektif Levinson pula, beliau menyatakan bahawa transisi usia pertengahan adalah berhubung dengan persoalan personaliti dan konsep kendiri yang berubah semasa usia pertengahan ini. Ia juga menyatakan bahawa usia ini adalah satu titik perubahan yang besar dalam perkembangan personal. Ini akan menambahkan pengalaman seseorang itu dan mendedahkan mereka pada banyak perkara. Levinson juga percaya bahawa hidup pada usia pertengahan umur dirasakan seperti ditampar oleh realiti untuk menyedarkan mereka pada banyak perkara. Pengalaman mendesak manusia supaya memenuhi tuntutan dan rancangan; perkahwinan, pekerjaan, kepuasan sendiri, penguasan materi dan lain-lain. Transisi pertengahan usia juga dikatakan sebagai sebuah cermin yang dilihat memantulkan imej mereka yang sebenar. Mereka cenderung untuk berkelakuan lebih positif bagi menentukan bahawa segala yang tidak elok yang terpapar dalam cermin itu akan berubah berbanding ‘memecahkan’ cermin itu. Contohnya. Seseorang lelaki akan melihat dirinya sebagai seorang yang gila kerja kerana kesungguhannya sendiri untuk mencapai matlamat tertentu dalam kehidupannya. Kemudian baru dia sedar yang dia terlalu tumpukan kerjaya hingga mengabaikan perhubungan. Jadi, dia akan tersedar bahawa cara hidup dia tidak menjanjikan kebahagiaan yang dia mahukan. Nampak seperti sedikit mengecewakan tetapi, hal ini ada membawa kesan positif di mana ini merupakan satu langkah untuk berubah dan mencari kebahagiaan masa hadapan.
Ramai individu yang menyedari pada usia pertengahan ini mereka telah menstrukturkan hidup mereka, gaya kognitif ataupun strategi penyelesaian masalah mereka menjadi bertambah baik berbanding sebelumnya. Sesetengah pakar terapi percaya bahawa usia pertengahan memberi peluang kedua untuk memperbaik semula kehidupan. Bagi sesetengah orang pula, ini bermaksud untuk belajar dan berubah gaya pemikiran dan cara mereka bertindak. Terdapat juga enam jenis kelakuan biasa yang dikenalpasti merosakkan perhubungan dalam meniti usia dewasa pertengahan ini;

1. ‘Perfectionism’
• Beranggapan atau berekspektasi bahawa setiap orang dan setiap perkara harus bersifat sempurna.
2. ‘Caretaking/Rescuing’
• Melihat sejauh mana dia melakukan sesuatu untuk orang lain.
3. ‘People-Pleasing’
• Bertindak dengan berapa banyak ‘approval’ yang didapati daripada orang lain dan seterusnya mencorakkan tingkahlaku melaluinya.
4. ‘Martyrdom’
• Kerelaan untuk menderita dan mengalami kesakitan emosi dalam hubungannya.

5. ‘Workaholism’
Terlalu fokus kepada sesuatu aktiviti. Contohnya pekerjaan.
6. ‘Tap-Dancing’
• Kebolehan untuk berad dalam keadaan tidak ada komitmen atau tidak ada kaitan dengan sesiapa atau apa-apa sekalipun.
• Individu yang membina perhubungan jenis ini adalah individu yang mengelak daripada komitmen dan menolak tanggungjawab.
Dengan melihat kepada paten-paten ini, mereka dapat berusaha untuk mengubah diri mereka untuk menjadi lebih baik. Untuk melakukannya, mereka memerlukan sokongan dan bantuan seperti psikoterapi, kumpulan sokongan dan lain-lain.
TRANSISI PERTENGAHAN USIA DIKALANGAN LELAKI.
Perlu dinyatakan di sini bahawa kajian-kajian dalam bidang ini(perkembangan) pada peringkat dewasa pertengahan lebih banyak dilakukan ke atas lelaki berbanding wanita. Mungkin terdapat campurtangan faktor peranan sosial dan dominasi lelaki sebagai tunjang keluarga dengan tanggungjawab yang lebih besar berbanding wanita. Jadi, di sini dinyatakan serba sedikit tentang transisi-transisi yang terlibat pada usia pertengahan ini berdasarkan skema Levinson;
1. Transisi Pertengahan (usia 40-45)
• Tahap ini dikenalpasti sebagai penghubung antara dewasa awal dengan dewasa pertengahan.
• Manusia mula mempersoalkan tentang segalanya yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
• Kadangkala, reaksi mereka melibatkan ekspresi emosi yang kuat dan kelakuan yang tidak rasional.
• Hal ini adalah kerana kekecewaan mereka kerana persoalan-persoalan hidup yang perlu mereka nilai semula dan berikan jawapan untuk setiap satunya.
• Tahap ini adalah sesuatu yang baik agar mereka dapat menilai semula dengan realistik terhadap halatuju mereka dalam kehidupan.
• Pencapaian yang terbaik pada tahap ini adalah mereka boleh menerima diri mereka dan orang lain dengan perubahan-perubahan yang mereka hadapi.
2. Struktur Awal Kehidupan (45-50 Tahun)
• Tahap ini muncul hasil daripada penilaian pada kehidupan dalam tahap sebelumnya.
• Bagi mereka yang berjaya melakukan rancangan dengan baik, ia akan
mempengaruhi cara penilaian semula mereka dan mereka yang tidak berjaya akan terus hidup dalam kehidupan mereka yang tetap dan membosankan.
3. Transisi Umur 50 (50-55 Tahun)
• Ia juga boleh dikatakan sebagai peluang kedua untuk menstrukturkan semula kehidupan.
• Lelaki yang tidak merasa tertekan dengan transisi usia mereka akan mengalami saat-saat yang sukar pada tahap ini.
4. Struktur Hidup Pengakhiran
• Tahap ini adalah tahap dimana individu melihat atau meletakkan sentuhan terakhirnya dalam menstrukturkan kehidupan mereka.
5. Transisi Dewasa Akhir
• Tahap ini adalah dimana individu-individu memperkukuhkan persiapan mereka
untuk menempuh usia tua mereka.
• Ianya meliputi perancangan untuk persaraan, menyelesaikan masalah kewangan dan ia juga menjurus ke arah penutupan kerjaya masing-masing.










DAFTAR PUSTAKA

Rujukan
Al-Quran
Santrock, J. W. 2004. Life span development. New York: Mc Graw Hill. (ms 1-64).
Psiko_Mid

bahaden.tripod.com

Sumber:  Diy4h’s wOrLd



TUGAS MAKALAH
PERKEMBANGAN DEWASA AWAL USIA 22-35 TAHUN


 







STIKES MUTIARA INDONESIA
SUMATERA UTARA - MEDAN


NAMA              : BERNARDO SIMATUPANG
NIM                  : 10.02.060
PROGRAM      : SARJANA ILMU KEPERAWATAN
DOSEN            : Ns. ROSETY S.Kep






Pertumbuhan dan Perkembangan Sepanjang Hayat
Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan paten perubahan fizikal, kognitif dan sosio-emosi sepanjang pusingan hayat manusia. Manusia secara fitrahnya berkembang seperti bulan sabit: bersifat lemah pada usia awalnya, semakin membesar dan kuat pada usia pertengahan dan menjadi lemah kembali pada usia emas. Justeru, pertumbuhan dan perkembangan manusia meliputi dari saat terbentuknya janin manusia sehingga menjadi seorang bayi dan seterusnya berkembang menjadi seorang kanak-kanak, remaja, dewasa dan berakhir dengan detik kematian.
Falsafah Fitrah Kejadian Manusia
Ahli falsafah menanggap fitrah kejadian manusia berasaskan konsep tiga konsep iaitu semulajadi berdosa, tabula rasa dan ‘innate goodness’.
Pada kurun pertengahan, kanak-kanak dipercayai lahir dengan dosa dan kejahatan. Justeru, tujuan pengasuhan kanak-kanak adalah untuk membersihkan mereka daripada dosa-dosa tersebut. Pada kurun ke-17, John Locke memperkenalkan konsep tabula rasa. Kanak-kanak diibaratkan seperti ‘blank blanket’. Keperibadiannya terbentuk daripada pengalaman.
Pada kurun berikutnya, Jean-Jacques Rousseau memperkenalkan konsep innate goodness view. Menurutnya, kanak-kanak dilahirkan dengan keadaan sedia baik. Oleh itu, beliau mencadangkan agar kanak-kanak dibiarkan membesarkan secara semula-jadi dengan pengawasan yang minimum.
Falsafah Kejadian Manusia Daripada Perspektif Al-Quran & SunnahBerikut merupakan antara falsafah fitrah kejadian manusia yang diwariskan melalui Quran dan sunnah:
  • Manusia adalah sebaik-baik kejadian
  • Manusia adalah khalifah Allah (mengurus dan mentadbir alam) menuju kesejahteraan
  • Manusia pertama (Adam) dicipta dari tanah, manakala Hawa (isteri Adam) dicipta dari tulang rusuk kiri Adam
  • Anak lahir ibarat kain putih. Ibubapa yang menjadikannya seorang majusi, nasrani dsb.
  • Setiap manusia mempunyai dua musuh utama sejak lahir iaitu hawa nafsu dan syaitan
  • Para Rasul diutus untuk memimpin manusia pada jalan kebenaran
  • Manusia yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa & berakhlak mulia
  • Setiap manusia mempunyai nasib tersendiri (Qada’ dan Qadar)
  • Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah
  • Manusia bersifat gelisah dan tergesa-gesa, kecuali orang-orang yang sabar dan tetap dalam mendirikan solat dengan sempurna
  • Manusia dihidupkan dan dimatikan untuk diuji siapakah yang terbaik amalannya ketika di dunia
  • Pusingan hidup manusia ibarat bulan sabit
  • Setiap manusia akan diberi pembalasan di hari akhirat
  • Kehidupan di dunia bersifat sementara. Kehidupan abadi (tanpa kematian) adalah di akhirat.
Proses dan Jangka Masa Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan manusia mempunyai persamaan dan perbezaan di antara satu sama lain. Perkembangan manusia juga bersifat kompleks kerana ianya terhasil daripada proses biologi, kognitif dan sosio-emosi manusia. Setiap manusia melalui proses kelahiran, tumbesaran dan kematian. Namun dalam proses tersebut, setiap individu melalui pengalaman yang berbeza dan akhirnya menjadikan setiap individu adalah unik.
Proses Biologi, Kognitif dan Psiko-Emosi
Proses biologi merupakan proses perubahan fizikal manusia secara semula-jadi. Gen daripada keluarga, pertumbuhan otak, pertambahan tinggi dan berat badan, perubahan kemahiran motor, perubahan hormon dan penurunan kardiovaskular mencerminkan peranan proses biologi dalam pertumbuhan manusia.
Proses kognitif merupakan perubahan pemikiran, kepintaran dan bahasa manusia. Proses sosio-emosi pula berkait dengan perubahan dalam hubungan manusia dengan orang lain, perubahan emosi serta personalitinya.
Kesemua proses ini saling berhubungan, berintegrasi dan mempengaruhi antara satu sama lain. Sehubungan itu, pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah intergrasi antara proses biologi, kognitif dan sosio-emosi manusia.
Tempoh Perkembangan
Tempoh perkembangan merujuk kepada jangka masa dalam kehidupan seseorang yang ditandakan dengan beberapa kriteria. Tempoh perkembangan manusia dibahagikan tahap mengikut turutan Yaitu:
  1. Prenatal: Prenatal adalah tempoh masa dari dalam kandungan sehingga kelahiran. Melibatkan pertumbuhan pesat dari satu unit sel kepada satu ornisma kompleks.

  1. Bayi: 18 bulan hingga 24 bulan. Tempoh kebergantungan yang tinggi kepada orang dewasa dan tempoh permulaan aktiviti psikologi.

  1. Kanak-kanak awal: 25 bulan hingga 6 tahun. Juga dikenali sebagai peringkat pra-sekolah. Belajar menjadi self-sufficient, bersedia untuk belajar dan suka bermain dengan rakan sebaya.

  1. Kanak-kanak pertengahan dan akhir: 6 hingga 11 tahun. Mula bersekolah. Dikenali sebagai tempoh the elementary school year. Mula menguasai kemahiran membaca, mengira dan menulis.

  1. Remaja: Tempoh transisi daripada kanak-kanak kepada orang dewasa awal. Bermula antara 10-12 tahun sehingga 18-22 tahun. Mengalami pertumbuhan biologi yang pesat. Mula berdikari, membentuk identiti, berfikiran logik, abstrak dan idealistik.

  1. Dewasa awal: Awal 20-an hingga 30-an. Masa pengukuhan pribadi, ekonomi dan memulakan hidup berkeluarga.

  1. Dewasa pertengahan: 40 an-60-an. Menjadi matang dan memperolehi kepuasan kerjaya.

  1. Dewasa akhir: 60-an atau 70-an hingga meninggal dunia. Terbahagi kepada dua iaitu tua awal (65-74 tahun) dan tua akhir (75 tahun dan ke atas).
Isu Perkembangan
  1. Nature and nurture: Perkembangan dipengaruhi oleh faktor semulajadi (sifat biologi manusia) atau pengasuhan.
  2. Continuity and discontinuity: Perkembangan melibatkan perubahan kumulatif (continuity) atau distinct states (discontinuity)
  3. Kestabilan dan perubahan: Pembangunan manusia melibatkan kestabilan atau perubahan.
A. Perkembangan Aspek Fisik
Daur Pertumbuhan Fisik
Petumbuhan fisik tidak dapat dikatakan mengikuti pola ketetapan yang tertentu. Pertumbuha tesebut terjadi secara bertahap atau dengan kata lain seperti naik turunnya gelombang adakalanya cepat adakalanya lambat.
Daur Pertumbuha Utama
Studi tentang pertumbuhan fisik telah menunjukkan bahwa pertumbuha aak dapat di bagi menjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat da dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sagat cepat. Pada akhir tahu pertama kehidupan pascalahirnya, pertumbuhan memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sampai si anak memasuki tahap remaja, atau tahap kemataga kehidupa seksualnya.
Keanekaragaman Daur Pertumbuhan
Ukuran dan bangun tubuh yag diwariskan secara genetik, juga mempengaruhi laju pertumbuhan tersebut. Anak-anak yang mempunyai bangun tubuh kekar biyasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan mereka yang bangun tubuhnya kecil atau sedang. Anak-anak dengan bangun tubuh besar ini, biyasanya akan memasuki tahap remaja lebih cepat dari pada teman sebayanya yang mempunyai bangun tubuh lebih kecil.
Besar Kecilnya Ukuran Tubuh
Besar kecilya tubuh seseorang dipengaruhi oleh factor keturunan dan juga factor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang mengatur pertumbuhan fisik yang dikelurka oleh lobus anterior dari kelenjar pituitary, suatu kelejar kecil yang terletak didasar sebelah bawah otak.
Tinggi Tubuh
Anak-anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam (gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tinggi badan

Berat Tubuh
Rata-rata berat bayi ketika dilahirkan adalah 3 sampai 4 kg, tatapi ada juga beberapa bayi yany beratnya 1½ sampai 2 kg.Pada waktu berusia 2 dan 3 tahun berat tubuh anak akan bertabah 1½ sampai 2 ½ kg setiap tahunnya. Setelah anak berusia 3 tahun, nampak berat tubuh tidak lagi bertambah dengan cepat, bahkan cenderung pelahan sampai saatnya nanti ia memasuki usia remaja. Pada usia 5 tahun, seorang anak yang normal akan memiliki berat tubuh yang berkisar antara 40 dan 45 kg.
Proporsi Tubuh
Proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara keseluruhan pada bayi jelas berbeda dari proporsi orang dewasa. Pertumbuhan tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi badan anak lebih cepat dari pada pertumbuhan berat badannya. Kecuali pada tahun pertama kehidupan sewaktu ia tumbuh dengan cepat
Tulang
Perkembangan tulang yang terjadi pada setiap manusia biasaya mencakup pertumbuhan tulang, perubahan jumlah tulang, dan perubaha komposisi tulang. Perkembangan tulang ini sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan umumnya yaitu pada tahu pertama pertumbuhan cepat sekali, kemudia lambat da pada saat remaja menjadi cepat kembali.
Pertumbuhan tulang terjadi karea memang ada pemajanga pada ujung tulang. Epiphisis, juga disebut tulang rawa memisahka baying tulang atau yang disebut diaphsis dari tulang laiya.
Otot dan Lemak
Pada saat seseorang dilahirkan, dia sudah mempunyai serabut otot, tetapi masih belum berkembang. Setelah kelahiraya, serabut ini akan berubah ukuran, betuk dan komposisi. Pajag, lebar, dan ketebalan otot ini akan mengalami proses pertumbuhan. Memasuki usia dewasa, otot ini telah berkembang sebanyak lima kali dari saat dilahirkan.
Dalam perkembangan pembentukan sel lemak ada tiga periode kriis. Periode pertama selama tiga bulan terakhir kehidupan pra lahir, periode kedua selama dua sampai tiga tahun kehidupa pasca lahir dan periode ke tiga atara usia sebelas sampai tiga belas tahun.
Gigi
Biasanya gigi susu sudah akan memotong graham bayi ketika ia berusia enam sampai delapan bulan, tetapi kapan tepatnya gigi itu tumbuh keluar tergantug pada kesehatan, keturuan, gizi, jenis kelamin anak, dan factor lainnya. Rata-rata anak usia sembilan bulan sudah memilki tiga gigi sedangkan pada usia dua sampai dua setengah tubuh mereka akan memiliki dua puluh gigi susu yang telah tumbuh.
Setelah gigi susu tumbuh sempurna, dalam gusi anak nantinya calon gigi tetap mlai diberi kapur pengguat. Urutan gigi tetap yag diberi kapur penguat ini sama dengan proses terjadinya pemunculan gigi susu. Rata-rata anak berusia enam tahun akan mempunyai satu atau dua gigi tetap, pada usia sepuluh tahun mempunyai empat belas sampai enam belas gigi susu, da pada usia 13 tahun telah memiliki 27 atau 28 gigi tetap. Empat gigi tetap terakir, yang serig disebut sebagai gigi kebijakan akan tumbuh pada usia 17 dan 25 tahun.
B. Perkembangan Aspek Moral
Untuk mempermudah dalam membahas perkembangan moral, prlu untuk dimengerti arti istilah tersebut.
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “Moral”berasal dari kata latinyang berarti tatacara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral- peraturan perilakuyang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan popla perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standart sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran sengaja terhadap standart kelompok. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral dari pad takbermoral.
Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standart kelompok tentang yang bernar dan yang salah.
Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok utama:
1) Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
2) Mengembangkan hati nurani.
3) Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok.
4) Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.
Pola Perkembangan Moral
Menurut Peaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama disebut tahap realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut moralitas otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)
Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai
maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atu salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
Elizabeth B. Hurlock merumuskan tahap perkembangan manusia secara lebih lengkap sebagai berikut:
1. Masa Pranatal, saat terjadinya konsepsi sampai lahir.
2. Masa Neonatus, saat kelahiran sampai akhir minggu kedua.
3. Masa Bayi, akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua.
4. Masa Kanak- Kanak awal, umur 2 – 6 tahun.
5. Masa Kanak- Kanak akhir, umur 6 – 10 atau 11 tahun.
6. Masa Pubertas (pra adolesence), umur 11 – 13 tahun
7. Masa Remaja Awal, umur 13 – 17 tahun. Masa remaja akhir 17 – 21 tahun.
8. Masa Dewasa Awal, umur 21 – 40 tahun.
9. Masa Setengah Baya, umur 40 – 60 tahun.
10. Masa Tua, umur 60 tahun keatas.
2. Agama Pada Masa Anak- Anak
Sebagaimana dijelaskan diatas, yang dimaksud dengan masa anak- anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan:
1. 0 – 2 tahun (masa vital)
2. 2 – 6 tahun (masa kanak- kanak)
Menurut Zakiah Daradjat, sebelum usia 7 tahun perasaan anak terhadap tuhan pada dasarnya negative. Ia berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan tuhan. Sedang gambaran mereka tentang Tuhan sesuai dengan emosinya. Kepercayaan yang terus menerus tentang Tuhan, tempat dan bentuknya bukanlah karena rasa ingin tahunya, tapi didorong oleh perasaan takut dan ingin rasa aman, kecuali jika orang tua anak mendidik anak supaya mengenal sifat Tuhan yang menyenangkan. Namun pada pada masa kedua (27 tahun keatas) perasaan si anak terhadap Tuhan berganti positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting.

 

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSI DAN KRISIS DEWASA PERTENGAHAN

Usia dewasa pertengahan sememangnya membawa pelbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Tidak terkecuali aspek sosio-emosi dan krisis yang melanda mereka pada tahap ini. Carl Jung menyatakan bahawa perubahan psikologi dirasakan bermula ketika umur 35 dan 40 tahun. Pada masa ini juga Jung berpendapat bahawa terdapat perubahan pada karakter personaliti yang terpendam selama ini (berubah atau timbul) manakala karakteristik yang lain semakin kurang penting dan mungkin diganti dengan tret personaliti yang berbeza. Skema Lavinson menyatakan bahawa transisi usia pertengahan bermula sekitar usia 40tahun dan bertindak sebagai penghubung kepada usia dewasa akhir. Ada 3 perkara penting yang terkandung dalam skema ini;

1. Melihat semula dan
2. Memperbaik aspek-aspek dalam kehidupan mereka dan menguji elemen-elemen pada struktur hidup mereka yang baru.
3. Menyelesaikan masalah psikologikal sebaik memasuki usia pertengahan.
Individu pada usia pertengahan ini dilabelkan sebagai ‘generasi sandwich’ kerana mereka bertanggungjawab ke atas ibu bapa dan dalam masa yang sama, mereka mempunyai tanggungjawab ke atas anak-anak mereka juga. Perkembangan personaliti pada usia pertengahan dapat dilihat daripada perubahan daripada perasaan atau emosi aktif kepada pasif. Penyelidik berpendapat bahawa pada usia 40, manusia merasakan mereka mampu mengawal persekitaran, halatuju dan juga akibat daripada keputusan mereka sendiri. Tetapi pada umur 60 pula, mereka merasakan kelakuan berisiko adalah sesuatu yang berbahaya dalam hidup mereka. Perspektif individu terhadap masa juga berubah dan ia mempengaruhi konstruk personaliti dan pemahaman kendiri mereka. Individu dewasa pertengahan ini menukar pandangan mereka bahawa masa adalah merujuk kepada apa yang tinggal sebelum mereka mati dan hal ini menyumbang tekanan untuk melakukan perubahan dalam hidup. Kimmel(1980) menyatakan bahawa personaliti usia pertengahan adalah lebih stabil daripada kehidupan awal mereka. Individu ini juga menambah pengalaman mereka untuk mengendalikan stress dan masalah.

Krisis Atau Transisi Dewasa Pertengahan.
1. Masa Transisi ( masa peralihan )
Usia dewasa pertengahan merupakan usia peralihan dari tahap dewasa awal ke tahap tua iaitu peringkat fungsi fizikal dan mental individu mula berkurangan.
Individu wanita mengalami menopause iaitu kehilangan kemampuan reproduksi , manakala individu lelaki mengalami perubahan dalam kejantanan mereka. Ketika melalui peringkat ini, samada lelaki atau wanita akan mengalami kekeliruan menjalani usia pertengahan. Individu di peringkat ini tidak tahu di mana kedudukan mereka yang sebenarnya kerana mereka berada di tengah-tengah, antara muda dan tua. Terdapat individu yang berasa tidak selesa (canggung) dan tidak tahu membawa diri mereka, hingga terdapat individu yang mencuba meyakinkan diri bahawa mereka masih muda dengan ucapan, cara berpakaian dan juga bertingkah laku seperti orang muda.


2. Masa Pencapaian (prestasi)
Pada usia 40-an, individu sudah mencapai tahap prestasi yang baik dalam hidup berikutan pendidikan dan juga pengalaman- pengalaman yang banyak. Individu tahap ini, kebiasaannya mempunyai hubungan-hubungan interpesonal yang luas dan mendapat kepercayaan untuk memegang sesebuah tanggungjawab atau jawatan dalam organisasi (pemimpin) dan mendapat status sosial yang kukuh dalam masyarakat. Manakala kedudukan kewangan pada tahap ini seharusnya adalah kukuh berikutan tahap ini adalah tahap individu sudah mencapai kejayaan dalam kerjaya.


3. Ketidakseimbangan Perubahan Pola Hidup
Penyesuaian terhadap perubahan pola hidup yang disebabkan oleh adanya perubahan fizikal dapat mempengaruhi keseimbangan psikologi seseorang. Terdapat beberapa perkara yang boleh menimbulkan ketidakseimbangan tersebut seperti berikut;

1. ketegangan somatik - iaitu tanda-tanda lanjut usia (tua) atau perubahan fizikal

2. ketegangan kebudayaan- iaitu kebiasaan dalam sosio-budaya yang menganggap bahawa individu yang muda adalah lebih baik (produktif).
3. ketegangan ekonomi – iaitu adanya tuntutan ekonomi dari keluarga berikutan keperluan pendidikan anak-anak dan sebagai lambang status keluarga.
4. ketegangan psikologi – “psychological stress” disebabkan kehilangan pasangan seperti kematian atau perceraian, ditinggalkan anak yang sudah berkahwin, tekanan kerja, kebosanan terhadap rutin harian yang sama (monoton) atau adanya perasaan “tidak muda lagi”.

4. “Usia Berbahaya”
Interprestasi dari “usia berbahaya” boleh dikaitkan dengan individu lelaki yang cuba membuktikan bahawa mereka masih mampu menarik perhatian kaum wanita pada usia sebelum tua. Dalam tempoh ini, pelbagai masalah hubungan keluarga boleh berlaku seperti ketidaksetiaan mahupun perceraian. Selain itu, ia juga dianggap usia berbahaya kerana terdapatnya kecenderungan bekerja keras yang keterlaluan, berfikir secara berlebih-lebihan atau mengamalkan cara hidup tidak seimbang atau tidak sihat, sedangkan individu dewasa pertengahan mempunyai keadaan fizikal yang tidak mengizinkan. Sebagai kesannya, individu mudah terdedah dengan pelbagai penyakit seperti lemah jantung, darah tinggi dan sebagainya. Disamping itu, individu peringkat ini juga terdedah kepada masalah mental yang serius jika tidak dapat mengawal dan mengimbangi masalah atau konflik dari dalam diri dengan keadaan usia mereka.

‘GENDER CROSSOVER EFFECT’
Kajian menunjukkan lelaki pada umur 55 tahun kurang aktif tetapi perempuan berubah dari pasif kepada aktif dari segi penyelesaian masalah. Dalam kata yang lain, lelaki muda mengunakan kekuatan atau paksaan kepada personalitinya untuk memanipulasi orang atau benda lain bagi mencapai matlamatnya. Tetapi, pada usia pertengahan, mereka berubah menjadi lebih kepada psikologi untuk memanipulasi, mempengaruhi atau memujuk untuk mendapatkan keinginan mereka. Proses ini adalah terbalik pada wanita. Hal ini kerana wanita didapati begitu asyik dengan tugas dan peranannya dalam menjaga dan membesarkan anak-anak semasa lewat remaja dan awal dewasa. Manakala lelaki pula lebih fokus pada saingan untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Apabila masa berlalu, lelaki menjadi lebih lebih bebas untuk relaks dan meneroka sisi feminin mereka dan begitu juga sebaliknya.
Bagi seorang pengkaji, Robert Peck, beliau telah menambah baik idea Erikson tentang konsep generativiti yang dibangunkan semasa dewasa pertengahan ini. Peck menyatakan bahawa semasa usia pertengahan ini, individu lebih fokus kepada mencapai sesuatu yang lebih sihat berbanding apa yang dikatakan Erikson tentang generativiti. Fokusnya meliputi;
1. ‘Valuing Wisdom versus Valuing Physical Powers’
• Kekuatan fizikal yang semakin berkurang, daya tarikan fizikal juga semakin berkurang. Jadi, semua ini tidak lagi jadi ukuran untuk kompetensi. Individu perlu belajar cara untuk menghargai pengetahuan mereka melalui pengalaman atau dengan kata lain menggunakan lebih pemikiran berbanding fizikal mereka.
2. ‘Socializing versus Sexualizing in Human Relationship’
• Pengalaman mengalami menopaus atau klimakterik. Manusia harus menilai semula hubungan mereka dengan maksud mereka harus menekankan prinsip ‘teman’(companionship) dan bukannya isu seksual semata-mata.
3. ‘Cathetic(emotional) Flexibility versus Cathetic Impoverishment’
• Mereka yang melalui usia dewasa pertengahan ini menyedari sesuatu tentang tolak-ansur emosi mereka. Mereka belajar bagaimana menunjukkan atau menyalurkan emosi mereka terhadap seseorang atau sesuatu seperti melihat rakan dan keluarga mereka meninggal, anak-anak meninggalkan rumah, pencen dan sebagainya.

4. ‘Mental Flexibility versus Mental Rigidity’
• Mereka yang berada dalam lingkungan usia pertengahan ini harus berperang dengan rasa kecukupan pengetahuan mereka. Kecukupan pengetahuan ini bermaksud mereka menolak idea-idea baru, penyelesaian dan alternatif. Ini adalah sifat-sifat mental yang rigid. Contohnya dengan menyatakan “Saya tidak fikir kenapa saya perlu ubah cara saya.”

Dari perspektif Levinson pula, beliau menyatakan bahawa transisi usia pertengahan adalah berhubung dengan persoalan personaliti dan konsep kendiri yang berubah semasa usia pertengahan ini. Ia juga menyatakan bahawa usia ini adalah satu titik perubahan yang besar dalam perkembangan personal. Ini akan menambahkan pengalaman seseorang itu dan mendedahkan mereka pada banyak perkara. Levinson juga percaya bahawa hidup pada usia pertengahan umur dirasakan seperti ditampar oleh realiti untuk menyedarkan mereka pada banyak perkara. Pengalaman mendesak manusia supaya memenuhi tuntutan dan rancangan; perkahwinan, pekerjaan, kepuasan sendiri, penguasan materi dan lain-lain. Transisi pertengahan usia juga dikatakan sebagai sebuah cermin yang dilihat memantulkan imej mereka yang sebenar. Mereka cenderung untuk berkelakuan lebih positif bagi menentukan bahawa segala yang tidak elok yang terpapar dalam cermin itu akan berubah berbanding ‘memecahkan’ cermin itu. Contohnya. Seseorang lelaki akan melihat dirinya sebagai seorang yang gila kerja kerana kesungguhannya sendiri untuk mencapai matlamat tertentu dalam kehidupannya. Kemudian baru dia sedar yang dia terlalu tumpukan kerjaya hingga mengabaikan perhubungan. Jadi, dia akan tersedar bahawa cara hidup dia tidak menjanjikan kebahagiaan yang dia mahukan. Nampak seperti sedikit mengecewakan tetapi, hal ini ada membawa kesan positif di mana ini merupakan satu langkah untuk berubah dan mencari kebahagiaan masa hadapan.
Ramai individu yang menyedari pada usia pertengahan ini mereka telah menstrukturkan hidup mereka, gaya kognitif ataupun strategi penyelesaian masalah mereka menjadi bertambah baik berbanding sebelumnya. Sesetengah pakar terapi percaya bahawa usia pertengahan memberi peluang kedua untuk memperbaik semula kehidupan. Bagi sesetengah orang pula, ini bermaksud untuk belajar dan berubah gaya pemikiran dan cara mereka bertindak. Terdapat juga enam jenis kelakuan biasa yang dikenalpasti merosakkan perhubungan dalam meniti usia dewasa pertengahan ini;

1. ‘Perfectionism’
• Beranggapan atau berekspektasi bahawa setiap orang dan setiap perkara harus bersifat sempurna.
2. ‘Caretaking/Rescuing’
• Melihat sejauh mana dia melakukan sesuatu untuk orang lain.
3. ‘People-Pleasing’
• Bertindak dengan berapa banyak ‘approval’ yang didapati daripada orang lain dan seterusnya mencorakkan tingkahlaku melaluinya.
4. ‘Martyrdom’
• Kerelaan untuk menderita dan mengalami kesakitan emosi dalam hubungannya.

5. ‘Workaholism’
Terlalu fokus kepada sesuatu aktiviti. Contohnya pekerjaan.
6. ‘Tap-Dancing’
• Kebolehan untuk berad dalam keadaan tidak ada komitmen atau tidak ada kaitan dengan sesiapa atau apa-apa sekalipun.
• Individu yang membina perhubungan jenis ini adalah individu yang mengelak daripada komitmen dan menolak tanggungjawab.
Dengan melihat kepada paten-paten ini, mereka dapat berusaha untuk mengubah diri mereka untuk menjadi lebih baik. Untuk melakukannya, mereka memerlukan sokongan dan bantuan seperti psikoterapi, kumpulan sokongan dan lain-lain.
TRANSISI PERTENGAHAN USIA DIKALANGAN LELAKI.
Perlu dinyatakan di sini bahawa kajian-kajian dalam bidang ini(perkembangan) pada peringkat dewasa pertengahan lebih banyak dilakukan ke atas lelaki berbanding wanita. Mungkin terdapat campurtangan faktor peranan sosial dan dominasi lelaki sebagai tunjang keluarga dengan tanggungjawab yang lebih besar berbanding wanita. Jadi, di sini dinyatakan serba sedikit tentang transisi-transisi yang terlibat pada usia pertengahan ini berdasarkan skema Levinson;
1. Transisi Pertengahan (usia 40-45)
• Tahap ini dikenalpasti sebagai penghubung antara dewasa awal dengan dewasa pertengahan.
• Manusia mula mempersoalkan tentang segalanya yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
• Kadangkala, reaksi mereka melibatkan ekspresi emosi yang kuat dan kelakuan yang tidak rasional.
• Hal ini adalah kerana kekecewaan mereka kerana persoalan-persoalan hidup yang perlu mereka nilai semula dan berikan jawapan untuk setiap satunya.
• Tahap ini adalah sesuatu yang baik agar mereka dapat menilai semula dengan realistik terhadap halatuju mereka dalam kehidupan.
• Pencapaian yang terbaik pada tahap ini adalah mereka boleh menerima diri mereka dan orang lain dengan perubahan-perubahan yang mereka hadapi.
2. Struktur Awal Kehidupan (45-50 Tahun)
• Tahap ini muncul hasil daripada penilaian pada kehidupan dalam tahap sebelumnya.
• Bagi mereka yang berjaya melakukan rancangan dengan baik, ia akan
mempengaruhi cara penilaian semula mereka dan mereka yang tidak berjaya akan terus hidup dalam kehidupan mereka yang tetap dan membosankan.
3. Transisi Umur 50 (50-55 Tahun)
• Ia juga boleh dikatakan sebagai peluang kedua untuk menstrukturkan semula kehidupan.
• Lelaki yang tidak merasa tertekan dengan transisi usia mereka akan mengalami saat-saat yang sukar pada tahap ini.
4. Struktur Hidup Pengakhiran
• Tahap ini adalah tahap dimana individu melihat atau meletakkan sentuhan terakhirnya dalam menstrukturkan kehidupan mereka.
5. Transisi Dewasa Akhir
• Tahap ini adalah dimana individu-individu memperkukuhkan persiapan mereka
untuk menempuh usia tua mereka.
• Ianya meliputi perancangan untuk persaraan, menyelesaikan masalah kewangan dan ia juga menjurus ke arah penutupan kerjaya masing-masing.










DAFTAR PUSTAKA

Rujukan
Al-Quran
Santrock, J. W. 2004. Life span development. New York: Mc Graw Hill. (ms 1-64).
Psiko_Mid

bahaden.tripod.com

Sumber:  Diy4h’s wOrLd