Kamis, 06 Oktober 2011

AGB (Anemia Gizi Besi).

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkat dan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa karena olehnya penulis dapat menyusun sedemikian rupa makalah ini sebagai bentuk salah satu tugas mata kuliah Ilmu Gizi.
Penghargaan yang setinggi – tingginya penulis sampaikan kepada pihak yang telah banyak membantu penulis baik moril dan materiil dalam tersusunnya makalah ini dengan baik.Adapun metode yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah menggunakan literatur – literatur yang sesuai dengan konsep yang penulis susun,baik melalui internet  maupun dari buku – buku lainnya.
            Penulis berharap makalah ini bisa memberikan sumbangsih bagi para pembaca sehingga bisa dipergunakan sesuai dengan tempatnya dan sekaligus memberikan sedikit konsep yang berarti.
            Sekalipun demikian penulis menyadari sekali bahwa proses penyusunan makalah ini merupakan pekerjaan yang sedikit sulit sehingga memungkinkan adanya kesalahan maupun kekurangan baik dalam hal teknis penulisan,tata bahasa maupun isinya.Oleh karena itu guna penyempurnaan pada penyusunan berikutnya penulis sangat mengharapkan saran,kritik,maupun masukan dari pembaca dan pemakai makalah ini.
                                                                              

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................       i
Daftar isi.............................................................................................................      ii
BAB I : PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang .............................................................................................      1
I.2 Pembatasan Masalah......................................................................................      3
I.3 Tujuan Masalah..............................................................................................      3
BAB II: DEFENISI
II.1 Pengertian....................................................................................................      4
II.2 Metabolisme dan Absobsi Besi....................................................................      5
II.3 Fungsi Besi...................................................................................................      8
II.4 Sumber Besi.................................................................................................    10
II.5 Akibat Kekurangan Besi..............................................................................    11
BAB III: PEMBAHASAN
III.1 Pengertian Anemia Gizi Besi......................................................................    13
II.2 Penyebab Anemia Gizi Besi.........................................................................    14
II.3 Tanda dan Gejala Anemia Gizi Besi............................................................    16
II.4 Pengobatan dan Pencegahan........................................................................    18
BAB IV PENUTUP
IV.1 Kesimpulan.................................................................................................    21
DAFTAR PUSTAKA





ii
 




BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
Menurut FKUI ( 1998 ), anemia dibagi menjadi empat macam :
1.      Anemia pasca perdarahan ( Post Haemmorhagic ) ini terjadi akibat perdarahan yang seperti kecelakaan, luka operasi,persalinan atau karena menahun.
2.      Anemia hemolitik terjadi akibat penghancuran ( hemolisis ) sel darah merah yang berlebihan. Disebabkan oleh dua hal :
a)      Faktor intra sel misalnya : talasemia, hemoglobinopatia ( talasemia Hb E, siclle cellanemia ), dll.
b)      Faktor ekstrasel misalnya : intoksikasi, infeksi ( malaria ), imunologis                ( inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemoliti pada traspusi darah ).
3.      Anemia defisiensi, anemia yang disebabkan kekurangan faktor pematangan eritrosit (besi, asam folat, vit B12, protein,piridoksin, eritripoitin, dsb )
4.      Anemia aplastik, anemia ini terjadi karena terjadinya pembuatan sel darah merah oleh sumsum tulang.
Dari berbagai jenis anemia yang telah di uraikan diatas, anemia gizi karena kurang zat besi adalah yang paling umum terjadi dimasyarakat (WHO, 1972, Husaini,dkk, 1983 ).Anemia gizi yang disebabkan oleh zat besi sangat umum dijumpai di Indonesia.



1

 


Masalah Anemia gizi besi merupakan salah satu persoalan kesehatan yang banyak dialami oleh negara berkembang dan juga negara maju khususnya pada ibu hamil.. Diperkirakan penyakit ini menuntut semua Bangsa untuk memberikan perhatian khusus dalam penanganannya.
Anemia gizi besi merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang prefalensinya paling tinggi dibandingkan dengan masalah kurang gizi lainnya. Dalam empat dekade terakhir prefalensi Anemia tidak menunjukan penurunan yang cukup bermakna.Dalam era pembangunan di Indonesia seperti sekarang ini dimana mutu sumberdaya manusia merupakan keadaan yang sangat diprioritaskan maka masalah Anemia gizi perlu mendapat penanganan yang serius.
 Hingga saat ini di indonesia masih terdapat 4 masalah gizi utama yaitu KKP (Kurang Kalori Protein), Kurang vitamin A, Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) dan kurang zat besi yang disebut Anemia Gizi (kodyat, A,1993) Sampai saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik terang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat besi atau dikenal dengan sebutan anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai terutama di negara–negara sedang berkembang. anemia gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, anak pekerja atau buruh yang berpenghasilan rendah (wijayanti,Y,1989).

Berdasarkan hasil–hasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat di Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensi anemia pada wanita hamil 50-70%, anak belita 30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah 30-40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi rata–rata nasional pada ibu hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi anemia gizi yang tinggi pada anak sekolah membawa akibat negatif yaitu rendahnya kekebalan tubuh sehingga menyebabkan tingginya angka kesakitan. Dengan demikian konsekuensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia (scrimihow, 1984). Khusus pada anak balita, keadaan anemia gizi secara perlahan – lahan akan menghambat pertumbuhan dan perkambangan kecerdasan, anak – anak akan lebihmudah terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh, dan hal ini tentu akan melemahkan keadaan anak sebagai generasi penerus (wijayanti, T.1989).
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) yang berada di bahwa normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan Zat Besi,sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bahwa 11 gr/dl selama trimester III.(Depkes RI,1998).
I.2 Pembatasan Masalah
            Dalam makalah ini,penulis membahsa mengenai pengertian zat besi,manfaat,sumber-sumber dari pangan hewani maupun nabati serta penyakit-penyakit yang berhuungan dengan defisiensi besi maupn kelebihan konsumsi zat besi dalam hal ini yang lebih di bahas adalah masalah AGB (Anemia Gizi Besi).
I.3 Tujuan Masalah
            Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui apa itu anemia gizi besi,metabolisme dan penyerapan serta pengobatan atau penanggulangannya.
2.      Untuk mengetahui sumber pangan nabati maupun nabati yang banyak mengandung besi (Fe).





BAB II
DEFENISI
II.1 Pengertian
Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia. besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–otot menjadi berwarna merah.
Di samping sebagai komponen Hemoglobin dan mioglobin, besi juga merupakan komponen dari enzim oksidase pemindah energi, yaitu : sitokrom paksidase, xanthine oksidase, suksinat dan dehidrogenase, katalase dan peroksidase. Besi (Fe) adalah salah satu mineral mikro yang terdapat dalam tubuh manusia  sekitar 3,5 g dimana 70 persennya terdapat dalam hemoglobin dan 25 persennya merupakan besi cadangan (iron storage) yang terdiri dari feritin dan hemosiderin terdapat dalam hati,limfa dan sumsum tulang belakang.Besi yang tersimpan ini berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin dan ikatan-ikatan besi lainnya yang mempunyai fungsi fisiologis.Komponen besi lainnya dalam jumlah yang sangat kecil terdapat pada jaringan padat.Mioglobin yang mengandung sekitar empat persen dari besi total adalah besi yang memberikan warna merah pada otot tulang.
  




Zat Besi Dalam Tubuh

4
 
Zat besi dalam tubuh terdiri dari dua bagin, yaitu yang fungsional dan yang reserve (simpanan). Zat besi yang fungsional sebagian besar dalam bentuk Hemoglobin (Hb), sebagian kecil dalam bentuk myoglobin, dan jumlah yang sangat kecil tetapi vitl adalah hem enzim dan non hem enzim.
Zat besi yang ada dalam bentuk reserve tidak mempunyai fungsi fisiologi selain daripada sebagai buffer yaitu menyediakan zat besi kalau dibutuhkan untuk kompartmen fungsional. Apabila zat besi cukup dalam bentuk simpanan, maka kebutuhan kan eritropoiesis (pembentukan sel darah merah) dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Dalam keadaan normal, jumlah zat besi dalam bentuk reserve ini adalah kurang lebih seperempat dari total zat besi yang ada dalam tubuh. Zat besi yang disimpan sebagai reserve ini, berbentuk feritin dan hemosiderin, terdapat dalam hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada keadaan tubuh memerlukan zat besi dalam jumlah banyak,misalnya pada anak yang sedang tumbuh (balita), wanita menstruasi dan wanita hamil, jumlah reserve biasanya rendah.
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan, maka kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Dalam memenuhi kebutuhan akan zat gizi, dikenal dua istilah kecukupan (allowance) dan kebutuhan gizi (requirement). Kecukupan menunjukkan kecukupan rata – rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan kebutuhan gizi menunjukkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan masing – masing individu untuk hidup sehat. Dalam kecukupan sudah dihitung faktor variasi kebutuhan antar individu, sehingga kecukupan kecuali energi, setingkat dengan kebutuhan ditambah dua kali simpangan baku. Dengan demikian kecukupan sudah mencakup lebih dari 97,5% populasi (Muhilal et al, 1993).

II.2 Metabolisme dan absorbsi besi.

          Absorpsi besi terutama terjadi di bagian ats usus halus (duodenum) dengan bantuan alat angkut protein khusus.Ada dua jenis alat angkut protein di dalam penyerapan besi yaitu ternsferin dan feritin.Transferin,protein yang disintesis dalam hati terdapat dalam dua bentuk.Transferin mukosa membentuk besi dari saluran cerna ke dalam sel mukosa dan memindahkannya ke transferin reseptor yang ada di dalam sel mukosa.Transferin kemudian kembali ke dalam saluran cerna untuk mengangkut esi lain,sedangkan transferin reseptor mengengkut besi melalui darah ke semua jaringan tubuh.Dua ion feri diikatkan pada transferin untuk di bawa ke jaringan-jaringan tubuh.Banyaknya transferin yang terdapat pada membrane sel bergantung pada kebutuhan tiap sel.Kekurangan besi pertma dapat dilihat sebagai kejenuhan transferin.

            Besi dalam makanan terdapat dalam bentuk besi-hem seperti terdpat dalam haemoglobin dan mioglobin makanan hewani dan besi non-hem dalam makanan nabati.Besi-hem di absorpsi kedalam sel mukosa sebagai kompleks porifirin utuh.Cincin porifirin di dalam sel mukosa kemudian dipecah oleh enzim khusus (hemoksigenase) dan besi dibbaskan.Besi hem dan non hem kemudian melewati alur yang sama dan meninggalkan sel mukosa dalam bentuk yang sama dengan menggunakan alat angkut yang sama.Absorsi besi hem tidak banyak dipengaruhi oleh komposisi makanan dan sekresi saluran cerna serta oleh status besi seseorang.Besi hem hanya merupakan bagian kecil dari besi yang diperoleh dari makanan (kurang lebih 5% dari besi total makanan),terutama Indonesia namun yang dapat di absorbsi hanya mencapai 25% sedangkan non hem hanya 5%.
           
Agar dapat diabsorbsi,besi non hem di dalam usus halus harus berada dalam bentuk terlarut.Besi non hem diionisasi oleh asam lambung,direduksi menjadi bentuk ferro dan dilarutkan dalam cairan pelarut seperti asam askorbat,gula dan asam amino yag mengandung sulphur.Pada suasana pH 7 di dalam duodenum,sebagian besar besi dalam bentuk ferri akan mengendap kecuali dalm keadaan terlarut sperti disebutkan diatas.Besi ferro lebih mudah lrut pada pH 7,oleh karena itu dapat diabsorbsi.

            Taraf absorbsi besi diatur oleh mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh.Transferin mukosa yang dikeluarkan ke dalam empedu berperan sebagai alat angkut protein yang bolak balik mengangkut besi ke permukaan usus halus untuk diikat oleh transferin reseptor dan kembali ke rongga saluran cerna untuk mengangkut besi lain .Di dalam sel mukosa besi dapat mengikat apoferitrin dan membentuk feritrin sebagai simpanan besi sementara dalam sel.Di dalam sel mukosa apoferitrin dan feritrin membentuk pool besi.

            Sebagian besar transferin darah membawa besi ke sum-sum tulang dan bagian tubuh lain .Di dlm sumsum tulang besi digunakan untuk membuat hemoglobin yag merupkan bagian dari sel darah merah.Sisanya dibawa ke jaringan tubuh yang membutuhkan.Kelebihan besi yang mencapai 200 hingga 1500mg,disimpan sebagai protein feritin dan hemosiderin dalam hati (30%),sumsum tulang belakang (30%) dan selebihnya didalam limpa dan otot.Dari simpanan besi tersebut hingga 50 mg sehari dapat dimobilisasi untuk keperluan tubuh seperti pembentukan hemoglobin .Feritrin yang bersirkulasi di salam darah mencerminkan simpanan besi di dalam tubuh.Pengukuran feritrin di dalam serum merupakan indicator penting dalam menentukan status besi seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi besi.
Diperkirakan hanya 5-15 % besi makanan yang diabsorbsi oleh seorang dewasa yang berada dalam status besi baik.Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%.Banyak hal yang mempengaruhi absorbsi besi.

            Bentuk besi dalam makanan mempengaruhi penyerapannya.Besi hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi non hem.Kurang lebih 40% dari besi di dalam daging,ayam dan ikan terdapat  sebagai besi hem dan selebihnya sebagai non hem.Besi non hem juga terdapat pada telur,serealia,kacang-kacangan sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahaan.

Asam organic,seperti vitamin c sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk feri  manjadi bentuk fero karena sepert yang telah dijelaskan besi fero lebih muda diserap.

Asam fitat,dan factor lain did lam serat serealia dan asam oksalat didalam sayuran menghambat penyerapan besi.Faktor-faktor ini mengikat besi sehingga mempersulit penyerapannya

Tanin,yang merupakan polifenol dan terdapat di dalam the,kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah juga menghambat absorbsi dengan cara mengikatnya.Tingkat keasaman lambung meningkatkan daya larut besi.Kekurangan asam kloridadi dalam lambung atau penggunaan obat obatan yang bersifat basa seprti antacid menghalangi absorbsi besi.

Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.

Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh besar terhadap absorpsi besi.Bila tubuh kekurangan besi atau kebutuhan menigkat pada masa pertumbuhan,absorpsi besi non hem dapat meningkat sampai sepuluh kali,sedangkan besi hem dua kali.
           

II.3 Fungsi Besi
Dalam kadaan tereduksi besi kehilangan dua electron,oleh karena itu mempunyai dua sisa muatan positif.Besi dalam bentuk dua ion bermuatan positif ini adalah bentuk ferro (Fe++).Dalam keadaan teroksidasi besi kehilangan tiga electron ehinga mempunyai sisa tiga muatan positif yang dinamakan bentuk ferri (Fe+++).Karena dapat berada dalam dua bentuk ion ini,besi berperandalam proses respirasi sel,yaitu sebagai kofaktor bagi enzim-enzim yang terlbat di dalam reaksi oksidasi-reduksi.
            Metabolisme energi.Di dalam tiap sel,besi bekerja samadengan rantai protein pengangkut electron,yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi.Protein ini memindahkan hidrogrn dan electron yang berasal dari zat gizipenghasil energi ke oksigen,sehingga membentuk air.Dalam proses tersebut dihasilkan ATP.Sebagian besar besi berada di dalam hemoglobin ,yaitu molekul protein mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot.Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksioda dari seluruh sel  ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh.Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen,menerima,menyimpan  dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot.Sebanyak kurang lebih 80% besi berada di dalam hemoglobin.Selebihnya terdapat di dalam mioglobin dan protein lain yang mengandung besi.

            Kemampuan belajar.Politt pada tahun 1970 an terkenal akan penelitian-penelitian yang menunjukkan perbedaan antara keberhsilan anak-anak yang menderita anemia gizi besi dan anak-anak yang sehat.Hubungan defisiensi besi dan fungsi otak dijelaskan oleh Lozoff dan  Youdimn pd tahun 1988.Beberpa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang diperoleh dari transport besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin.Kadar besi otak yang kurang pada masa pertumbuhan otak dapat diganti setelah dewasa.Defisiensi berpengaruh negative terhadap fungsi otak terutama terhadap fungsi neurotransmitter.Akibatnya kepekaan reseptor dopamine berkurang yang dapat berakhir denga hilangnya reseptor tersebut.Daya konsentrasi,daya ingat,dan kemampuan belajar terganggu,ambang batas rasa sakit meningkat,fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu menurun.

            Sistem kekebalan tubuh.Besi memegang peranan penting daam sitem kekebalan tubuh.Respons kekebalan sel limfosit T terganggu kare aberkurangnya pembentukan sel-sel tersebut,yang kemungkinan di sebabkan oleh berkutangnya sintesis DNA.Berkurangnya sintesis DNA ini diseabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleutida yang membutuhkan besi untuk berfungsi.Disamping itu sel darah putih yang mengahncurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan  kekurangan besi.Enzim lain yang berfungsi sebagai system kekebalan tubuh adalah mieloperoksidase yang juga tergangu fungsinya jika defisiensi besi.Disamping itu dua protein pengikat besi transferin dan laktoferin mencegah terjdinya infeksi dengan cara memisahkan besi dari mikroorganisme yang membutuhkannya untuk perkembangbikannya.

            Pelart obat-obatan.Obat-obatan yang tak larut air oleh enzim mengandung besi dapat dilarutkan hingga dapat dkeluarkan dari tubuh.

II.4 Sumber Besi
          Sumber baik besi adalah makanan hewani,seperti daging ,ayam,dan ikan.Sumber baik lainnya adalah telur,serealia tumbuk,kacan-kacangan ,sayuran hijau,dan beberpa jenis buah.Disamping umlah besi,perlu diperhatikan kualitas besi didalam makanan,dinamakan juga ketersediaan biologic (bioavailability).Pada umumnya besi didalam daging,ayam,dan ikan mempunyai ketersediaan biologic tinggi,besi didalam serealia dan kacang kacangan mempunyai ketersediaan biologic sedang,dan besi didalam sebagian besar sayuran,terutama yang mengandung asam oksalat tinggi,seperti bayam mempunyai ketersediaan biologic rendah.Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan dserta sumber gizi lain yang dapat membantu absorbsi.Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi,daging/ayam/ikan,kacang kacangan,serta sayuran dan buah-buahan dan kaya akan vitamin C.
Tabel daftar nilai besi (Fe) berbagai bahan makanan (mg/100 g)

Bahan makanan

Tempe kacang kedelai murni
Kacang kedelai kering
Kacang hijau
Kacang merah
Kelapa tua
Udang segar

Nilai Besi (Fe)

10,0
8,0
6,7
5,0
2,0
8,0

Bahan Makanan
 

Hati sapi
Daging sapi
Telur bebek
Telur ayam
Ikan segar
Ayam
Gula kelapa
Biskuit
Jagung kuning,pipil lama
Roti putih
Beras setengah giling
Kentang
Daun kacang panjang
Bayam
Sawi
Daun katuk
Kangkung
Daun singkong
Pisang ambon
Keju

Nilai Besi (Fe)

6,6
2,8
2,8
2,7
2,0
1,5
2,8
2,7
2,4
1,5
1,2
0,7
6,2
3,9
2,9
2,7
2,5
2,0
0,5
1,5
 Sumber:Daftar Komposisi bahan makanan,Depkes 1979

II.5 Akibat Kekurangan zat besi (Fe)
            Defisiensi besi merupakan defiiensi gizi yang paling umum terdapat baik di negara maju maupun negara berkembang.Defsiensi besi terutama menyerang kelompok rentan seperti anak-anak,remaja,ibu hamil,dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah.Secara klasik defisiensi besi dikaitkan dengan anemia gizi besi.Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti menunjukkan bahwa defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumberdaya manusia yaitu terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja.

            Kehilangan besi dapat terjadi karena konsumsi mkanan yang jurang seimbang atau gangguan absorbsi besi.Disamping itu kekuragan besi dapat akibat cacingan atau luka dan akibat penyakit-penyakit yang menghambat penyerapan besi seperti penyakit gastroitestinal.Kekurangan besi pada umumnya menyebebkan pucat,rasa lemah,pusing,kurang nafsu makan,menurunnya kebugaran tubuh,menurunnya kemampuan kerja,menurunya kekebalan tubuh dan pada ank-anak dapat menyebabkan apatis,menurunnya prestasi belajar dan  mudah tersinggung.



BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Pengertian Anemia Gizi Besi
Arif mansoer, dkk ( 2000 ) menyebutkan bahwa Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB.Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB. Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperluka semasa pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar. Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
Pada bayi, anak dan remaja yang mengalami masa pertumbuhan perlu ditambahkan kepada jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat basal. Kebutuhan zat besi relatif lebih tinggi pada bayi dan anak daripada orang dewasa apabila dihitung berdasarkan per kg berat badan. Bayi yang berumur dibawah 1 tahun, dan anak berumur 6 – 16 tahun membutuhkan jumlah zat besi sama banyaknya dengan laki – laki dewasa. Tetapi berat badannya dan kebutuhan energi lebih rendah daripada laki – laki dewasa. Untuk dapat memenuhi jumlah zat besi yang dibutuhkan ini, maka bayi dan remaja harus dapat mengabsorbsi zat besi yang lebih banyak per 1000 kcal yang dikonsumsi.

13
 
                                      





Kebutuhan gizi besi pada balita dapat di lihat dari tabel berikut ini:
Kebutuhan Zat Besi Anak Umur
Kebutuhan
0 – 6 bulan
7 – 12 bulan
1 – 3 tahun
4 – 6 tahun
7 – 9 tahun
0,5 mg
7  mg
8 mg
9 mg
10 mg








Sumber : Tabel AKG 2004


             Adapun kebutuhan zat besi ada ibu hamil juga tergantung dari tiap trisemesternya. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil berbeda-beda pada tiap trimester kehamilan, pada trimester pertama kebutuhan zat besi justru lebih rendah disebabkan wanita hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum membutuhkan zat besi. Kebutuhan zat besi tiap trimester sebagai berikut ( Emma S. 1999 ) :
Trimester 1 : Kebutuhan zat besi kurang lebih 1 mg / hari ( kehilangan basal 0,8 mg/hari ) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
Trimester 2 : Kebutuhan zat besi kurang lebih 5mg /hari ( kehilangan basal 0,8 mg / hari ) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan konseptus 115 mg.
Trimester 3 : Kebutuhan zat besi 5 mg / hari ( kehilangan basal 0,8 mg /hari ) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan konseptus 223 mg

III.2 Penyebab Anemia Gizi Besi (AGB)
          Secara umum ada tiga penyebab anemia defisiensi besi yaitu:
  1. Kehilangan darah secara kronis seperti pada penyakit ulkus peptikum,hemoroid,infestasi parasit,dan proses keganasan.
  2. Asupan zat gizi tidak cukup dan penyerapan tidak adekuat
  3. Peningkatan kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merahyang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,masa pubertas,masa kehamilan dan menyusui.


Kehilangan darah secara kronis
            Pada lelaki dewasa,sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses pendarahan akibat penyakit atau trauma atau akibat pengobatan sutau penyakit.Sementara pada wanita,terjadi kehilangan darah secara aamiah setiap bulan.Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi defisiensi besi.Sepanjang usia reproduktif wanita akan mengalami kehilagan darah akibat peristiwa haid.Beberapa penelitian telah membuktikan,bahwa jumlah darah yang hilang selama satu periode haid berkisar antara 20 – 25 cc.Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5 – 15 mg/bulan,atau kira-kira sama dengan 0,4 – 0.5 mg sehari.Jika jumlah tersebut di tambah dengan kehilangan basal,jumlah total besi yang hilang sebesar 12,5 mg per hari.
            Selain ulasan d atas kehilangan darah juga dapat disebabkan oleh infeksi parasit seperti cacing tambang,Schitosoma,dan mungkin pula Trichuris Trichiura.Kasus-kasus tersebut lazim terjadi di negara tropis ,lembab serta sanitasi yang buruk.Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2 sampai 100 cc/hari,bergantung pada beratnya infestasi.Jika jumlah zat besi dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja jumlah zat besi yang hilang per seribu telur adalah sekitar 0,8 mg sampai 1,2 mg sehari.
Kadar hemoglobin (Hb) dan volume hematokrit (Ht) sebagai indikator anemia.
Dikutip dari WHO,2000
Usia/jenis kelamin
Kadar Hb (g/L)2
Hematokrit (g/L)
Anak 6 bln – 2 tahun
Anak 5 – 11 tahun
Anak 12 – 14 tahun
Lelaki dewasa
Wanita tidak hamil
Wanita hamil
<110
<115
<120
<130
<120
<110
<0,33
<0,34
<0,36
<0,39
<0,36
<0,33

Asupan dan serapan yang tidak adekuat
            Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan mekanan yang berasal dari daging hewan.Di samping banyak mengandung zat besi,serapan zat besi dari sumber zat makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20 -30%.Sayangnya sebagian besar penduduk di negara yang belum berkebang belum mampu menghadirkan bahan makanan tersebut di atas meja.Ditambah kebiasaan mengonsumsi bahan makanan yang dapat engganggu penyerapan zat besi seperti kopi dan teh secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan penyerapan zat besi semakin rendah.

Peningkatan kebutuhan
            Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besiyang hilang melalui tinja,air kencing,dan kulit.Kehilangan basis ini diduga sebanyak µg/kgBB/hari.Jika ihitung berdasarkan jenis kelamin,kehilangan basis zat besi untuk orang dewasa lelaki mendekati 0,9 mg dan 0,8 mg untuk wanita.
            Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat.Peningkatan ini dimaksudkan untuk memasok kebutuhan janin untuk bertumbuh,petumbuan plasenta,dan peningkatan volume darah tubuh ibu,jumlahnya sekitar 1000 mg selama hamil.
            Kebutuhan akan zat besi selama trimester 1 relatif lebih sedikit,yaitu 0,8mg sehari yang kemudan meningkat tajam selama trmester 2 dan 3 yaitu 6,3 mg sehari.Belum diketahui dengan pasti berapa jumlah zat besi yang dikonsumsi oleh orang Indonesia.Di Amerika,makanan yang dikonsumsi mengandung 10-20 mg zat besi sehari (diserap sebanyak 10 %).

III.3 Tanda dan gejala anemia gizi besi
          Tanda dan dejala anemia defisiensi besi biasanya tidak khas dan sering tidak jelas,seperti pucat,mudah lelah,berdebar,takikardia,dan sesak nafas.Kepucatan bisa diperiksa pada telapak tangan ,kuku dan konjungtiva palpebra.Penelitian terhadappasien anak rawat inap yang menderita anemia berat (JR Zucker et al,1997) membutikan bahwa kepucatan pada kuku dan telapak tangan lebih sensitif dan spesifik (62% dan 60%) jika dibandingkan dengan konjungtiva palpebra (31%).Pada pesien rawat jalan,sensitivitas dan spesifitas itu lebih tinggi lagi (90%) sementara konjungtiva palpebra hanya 81%.Pada kasus seperti ini kontribusi tanda lain seperti takakardia dan sesak nafas menambah kekuatan diagnosis.Jika keadaan itu berlangsung lama dan berat akan terjadi stomatis angularis,glositis dan koilikinia.Tanda yang khas meliputi anemia,angular somatatis,glositis,disfagia,hipokloridia,dan patofagia.Tanda yng kurang khas berupa kelelahan,anoreksia,kepekaan terhadap infeksi meningkat,kelainan perilaku tertentu,kinerja intelektual serta kemampuan kerja menyusut.
Proses terbentuknya defisiensi terbagi menjadi 3 fase yaitu:
  1. Deplesi besi
Pengurasan cadangan besiyang tercermin sebagai penurunan kadar feritin serum.
  1. iron deficient erythrophoiesis
Penurunan kandungan besi dalam plasma menjadi (<60µg/dL) dan peningkatan kemampuan ikatan besi total yang mengakibatkan persentase penjenuhan menurun (menjadi kurang 15 %).Masih dalam fase ini kadar protoporifirin eritrosit meninggi melebihi angka 100µg/dL karena pasokan besi tak lagi cukup untuk menyintesis heme sementara kadar hemoglobin masih bertahan pada nilai normal.
  1. anemi kekurangan besi
Pada tahap ini kadar hemoglobin berkurang total di bawah nilai normal.Anemia gizi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil (mikrositsis) dan nilai hemoglobin rendah (hipokromia)

Cara Mengevaluasi  Status Besi
            Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan besi adalah pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah,dan nilai hemoglobin darah.Nilai hemoglobin kurang peka terhadap tahap awal kekurangan besi,akan tetapi berguna untuk mengetahui beratnya anemia.Nilai hemoglobin yang rendah menggambarkan kekurangan besi yang sudah lanjut.Disamping kekurangan besi nilai hemoglobin rendah mungkin disebabkan oleh kekurangan protein atau B6.
Indikator paling peka adalah mengukur nilai feritin dalam serum darah.Nilai ini menggambarkan persediaan besi didalam tubuh. Nilai yng rendah menggambarkan simpanan besi yang rendah.Protoporfirin adalah ikatan pendahulu hem,yaitu bagian dari hemoglobin yang mengandung besi.Kenaikan nilai protoporfirin di dalam sel darah merah menyatakan bahwa sintesis hem berkurang kerena kekurangan besi.Kenaikan jumlah transferin yang tidak jenuh (protein alat transpor besi) yang terlihat dari kenaikan kemampuan mengikat besi menunjukkan menurunnya simpanan besi.Nilai jenuh transferin menunjukkan kurang dari 16 % menunjukkan kurangnya persediaan besi di dalam tubuh.Bila disamping nilai hemoglobin dua dari ketiga indikator di atas rendah dari normal,maka baru dikatakan bahwa seseorang menderita kekurangan besi.
Penilaian status besi yang terbaik dapat diperoleh denga menggunakan beberapa indikator secara bersamaan.Temuan dua atau lebih nilai yang tidak normal mencerminkan adanya gangguan pada status besi.Pemilihan kombinasi yang paling tepat sangat bergantung pada kondisi kesehatan individu dan tujuan pemeriksaan karena kedua hal ini dapat menyesatkan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium.Peradangan kronis,misalnya,dapat mengaburkan diagnosis kekurangan besi total dan feritin serum juga dilakukan.

III.4 Pengobatan dan Pencegahan
          Pada tataran praktis klinis jika penyebab anemia sudah ditemukan dan tempat pendarahan sudah berhasil dieliminasi,pengobatan diarahkan untuk mengganti defisit zat besi dengan garam besi anorganik.Sesungguhnya,masalah defisiensi zat besi cukup diterapi dengan memberikan makanan yang mengandung zat besi.Namun jika anemia berat sudah terjadi,tubuh tidak mungkin dapat menyerap zat besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relati singkat.Karena itu,pengobatan selalu menggunakan suplementasi zat besi dsiamping itu juga didampingi makanan yang kaya akan zat besi dan yang dapat mempercepat peyerapan zat besi.Suplementasi zat besi dapat berupa tablet maupun injeksi.
Pada preparat tablet,tablet besi daam bentuk fero lebih mudah diserap ketimbang bentuk feri.Sediaan yang paling sering didapat,lebih murah dan khasiatnya paling efektif adalah ferrosulfat,ferroglukonate,dan ferrofumarat.Namun,ketersediaan nya bagi yang membutuhkan masih belum tersedia dengan cukup.Adapun efek samping dari tablet besi adalah pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati,mual,muntah,dan diare terkadang juga konstipasi.Penyulit ini tidak jarang menyulitkan ketaatan pasien dalam pengobatan berlangsung.Jika situasi seperti ini berkembang dosis sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu menghilang.Sementara itu sebaiknnya diberi pengertian bahwa pengaruh yang tidak menyenangkan itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan besarnya manfaat besi.
Pada preparat injeksi baru boleh diberikan jika pasien tidak mentoleransi preparat oral atau karena preparat oral terganggu misalya karena diare atau pada kasus-kasus ketidaktaatan.Preparat parenteral dapat dierikan secara intramuskular atau intra vena.
1)      Ibu hamil sampai masa nifas
Dalam hal ini ibu hamil mendapat prioritas utama karena kelompok ini mempunyai prevalensi Anemia tertinggi, yaitu 63,5%. Sedangkan ibu nifas yang memerlukan zat besi yang cukup dalam ASInya untuk diberikan kepada bayinya. Pada ibu hamil yang pemberian Fe I pada trimester III dapat diteruskan sampai Fe 3 pada masa nifas.

2)      Balita ( 6-60 bulan )
Balita memerlukan konsumsi besi yang cukup untuk proses tumbuh kembangnya, prefalensi Anemia pada balita juga tinggi 55,5 %. Oleh karena itu kelompok ini perlu mendapat prioritas.
3)      Anak usia sekolah ( 6-12 tahun )
Prefalensi anemia pada kelompok ini juga tinggi 24-35 %, dengan demikian untuk meningkatkan prestasi belajarnya diperlukan kadar Hemoglobin yang normal.
4)      Remaja putri ( 12-18 tahun ) dan wanita usia subur ( WUS )
Dengan pemberian tablet besi pada kelompok ini yang mendekati masa perkawinannya akan berguna bagi mereka untuk mempersiapkan masa kahamilannya selain bermanfaat untuk
meningkatkan prestasi belajar dan kerjanya.
Untuk Ibu Hamil faktor utama yang menjadi penyebab Anemia gizi besi pada ibu hamil adalah kurangnya konsumsi zat besi yang berasal dari makanan, atau rendahnya absorbsi zat besi yang ada pada makanan. Ketersediaan zat besi dari makanan yang tidak terserap oleh tubuh akan mengakibatkan tubuh mengalami Anemia gizi besi, saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak dibandingkan saat tidak hamil dan untuk kebutuhan zat besi pada masa hamil seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, dengan demikian resiko Anemia zat besi pada ibu hamil semakin besar.

Pencegahan
Sejauh ini ada empat dasar pendekatan pencegahan anemia defiiensi besi,yaitu:
1.      Pemberian suplementasi tabet besi
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang di prioritaskan dalam program suplementasi.Dosis suplementatf yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200µg asam folat) yang dimakan selama dua paruh kehamilan karena pada saat itu kebutuhan zat besi sangat diperlukan.Pada awal kehamilan pemberian suplementasi zat besi tidak akan berhasil karena ‘morning sickness’ dapat mengurangi keefektifen obat.Namun cara ini berhasil jika dalam pemberian dilakukan dengan pengawasan ketat.
2.      Pendidikan
Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya konsumsi tablet besi daat menimbulkan efek samping yang menggangu sehigga orang lebih cenderung menolak tablet yang diberikan.Penolakan tersebut awalnya berpangkal pada ketidaktahuan mereka bahwa selama masa kehamilan mereka membutuhkan zat besi yang banyak.Agar mengerti akan hal tersebut,wanita hamil harus diberikan pendidikan yang tepat misalnyatentang bahaya yang muncul jika kekurangan zat besi,dan diberikan pengertian bahwa kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia.Selain darpada itu,juga harus diberkan pengetahuan yang cuup mengenai pangan yang mengandung zat gizi besi dan kadar zat besi yang dierlukan tubuh tiap harinya.
3.      Modifikasi makanan
Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui 2 cara.Pertama,pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori yang semestinya dikonsumsi.Sebagai gambaran,setiap 1000kkl makanan dari beras saja mengandung 6mg Fe(seorang wanita hamil setidaknya membutuhkan 2000 kkal,itu berarti membutuhkan 12mg besi).Kedua,Menigkatkan ketersediaan hayati zat besi yang dimakan yaitu dengan jalan mempromosikan makanan yang dapat memacu dan menghindarkan pangan yang bisa mereduksi penyerapan zat besi.
4.      Fortifikasi makanan
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia diberbagai negara.Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi besi di Indonesia.Proses ini ditargetkan untuk merangkul beberapa kelompok atau seluruh kelompok masyarakat.Kelompok masyarakat harusdilatih untuk mebiasakan memakan makanan fortifikasi itu serta memiliki kemampuan untuk memperolehnya

           
           
 

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Zat besi merupakan unsur kelumit (trace element) terpenting bagi manusia. besi dengan konsentrasi tinggi terdapat dalam sel darah merah, yaitu sebagai bagian dari molekul hemoglobin yang menyangkut oksigen dari paru–paru. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke sel–sel yang membutuhkannya untuk metabolisme glukosa, lemak dan protein menjadi energi (ATP). Besi juga merupakan bagian dari sistem enzim dan mioglobin, yaitu molekul yang mirip Hemoglobin yang terdapat di dalam sel–sel otot. Mioglobin akan berkaitan dengan oksigen dan mengangkutnya melalui darah ke sel–sel otot. Mioglobin yang berkaitan dengan oksigen inilah menyebabkan daging dan otot–otot menjadi berwarna merah.
Sumber baik besi adalah makanan hewani,seperti daging ,ayam,dan ikan.Sumber baik lainnya adalah telur,serealia tumbuk,kacan-kacangan ,sayuran hijau,dan beberpa jenis buah.Disamping umlah besi,perlu diperhatikan kualitas besi didalam makanan,dinamakan juga ketersediaan biologic (bioavailability).Pada umumnya besi didalam daging,ayam,dan ikan mempunyai ketersediaan biologic tinggi,besi didalam serealia dan kacang kacangan mempunyai ketersediaan biologic sedang,dan besi didalam sebagian besar sayuran,terutama yang mengandung asam oksalat tinggi,seperti bayam mempunyai ketersediaan biologic rendah.Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan dserta sumber gizi lain yang dapat membantu absorbsi.Menu makanan di Indonesia sebaiknya terdiri atas nasi,daging/ayam/ikan,kacang kacangan,serta sayuran dan buah-buahan dan kaya akan vitamin C.
Arif mansoer, dkk ( 2000 ) menyebutkan bahwa Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.

21
 

  

AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB.Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB. Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperluka semasa pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi sangat besar. Penyakit kronis seperti radang saluran cerna, kanker, ginjal dan jantung dapat menggangu penyerapan dan distribusi zat besi di dalam tubuh yang dapat menyebabkan AGB.
Pengobatan anemia gizi besi dapat dilakukan dengan pemberian suplementasi tablet besi dan injeksi. Pada preparat tablet,tablet besi dalam bentuk fero lebih mudah diserap ketimbang bentuk feri.Sediaan yang paling sering didapat,lebih murah dan khasiatnya paling efektif adalah ferrosulfat, ferroglukonate ,dan ferrofumarat.Namun,ketersediaan nya bagi yang membutuhkan masih belum tersedia dengan cukup.Adapun efek samping dari tablet besi adalah pengaruh yang tidak menyenangkan seperti rasa tidak enak di ulu hati,mual,muntah,dan diare terkadang juga konstipasi.Penyulit ini tidak jarang menyulitkan ketaatan pasien dalam pengobatan berlangsung.Jika situasi seperti ini berkembang dosis sebaiknya diturunkan sampai pengaruh itu menghilang.Sementara itu sebaiknnya diberi pengertian bahwa pengaruh yang tidak menyenangkan itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan besarnya manfaat besi.
Pada preparat injeksi baru boleh diberikan jika pasien tidak mentoleransi preparat oral atau karena preparat oral terganggu misalya karena diare atau pada kasus-kasus ketidaktaatan.Preparat parenteral dapat dierikan secara intramuskular atau intra vena.
Sedangkan cara pencegahannya adalah dengan suplementasi zat besi,pendidikan mengenai zat besi,modifikasi makanan serta fortifikasi makanan.



DAFTAR PUSTAKA

MB,Arisman.2004.Gizi dalam Daur Kehidupan:Buku Ajar Ilmu Gizi.Buku kedokteran:Jakarta
Almatsier,Sunita.2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Gramedia Pustaka Utama:Jakarta
Kusharto,Clara.Suhardjo.1992.Prinsip-prinsip ilmu Gizi.Kanisius:Yogyakarta
Depkes RI (1996) Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan masyarakat, Pedoman Operasional Penangguklangan Anemia Gizi di Indonesia, Jakarta
wikipedia.com

 PSIK MUTIARA INDONESIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar