Sabtu, 21 Mei 2011

EKG - Normal Sinus Rhytm & Irama Yang Berasal Dari SA Node

Normal Sinus Rhytm & Irama Yang Berasal Dari SA Node
Pada topik ini saya akan mencoba menjelaskan kembali tentang apa sih yang dimaksud dengan EKG normal dan macam-macam irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node. Ada beberapa nama irama jantung yang dominan pacemekernya berasal SA node, dan anda harus mengenal dan memahami gambaran EKG yang menggambarkan irama jantung dengan pacemaker berasal dari SA node. Inilah nama-nama gambaran EKG atau irama jantung yang sumber pacemakernya berasal dari SA node adalah sebagai berikut :
1.    Normal Sinus Rhytm
2. Sinus Bradikardia
3. Sinus Takikardia
4. Sinus Sinus Aritmia


Anda masih ingat bahwa ada 3 sumber pusat pacemaker alami yang dimiliki oleh jantung kita yaitu berasal dari SA node, AV node, Furkinje fiber. Ketiga sumber pacemaker alami jantung tersebut akan merefleksikan gambaran EKG yang satu sama lain akan berbeda. Untuk itu kita harus benar-benar memahami dan mengerti dalam mengidentifikasi dominan sumber pacemaker pada gambaran sebuah EKG.
Salah satu kriteria normal EKG adalah sumber pacemakernya berasal dari SA node, maka dari itu anda tidak boleh ragu untuk memutuskan dalam menyimpulkan hasil analisa/interpretasi EKG untuk mengatakan aritmia/disritmia jika sumber pacemaker berasal selain dari SA node.
Jadi keempat irama jantung diatas yang berasal dari SA node adalah normal EKG abu ?? Jawabnya tidak !! Kita hanya bisa mengatakan Normal Sinus Rhytm sebagai parameter normal EKG.
Sedangkan ketiga nama lainya bisa normal dan tidak normal karena ketiga nama tersebut merefleksikan gambaran EKG akibat pengaruh atau reaksi/respon dari tubuh kita. Untuk itu saya akan menjelaskan satu persatu gambaran EKG yang sumber pacemakernya berasal dari SA node.



1. NORMAL SINUS RHTM
Untuk menentukan sumber utama pacemaker berasal dari mana adalah dengan membuat rekaman EKG strip panjang yang diambil salah satu EKG 12 lead yang dianggap jelas morfologi gelombangnya. Tapi biasanya semua dokter atau semua interpreter EKG akan memilih dan membuat panjang EKG strip yang diambil dari lead II dan V1. Menurut saya ambilah rekaman strip panjang dari lead yang mempunyai morfologi gelombang yang bagus dan jelas, tapi prioritaskan kita ambil dari lead II dan V1.
Setelah itu kita identifikasi morfologi gelombang P antara beat yang satu dengan beat yang lainnya dalam lead panjang yang kita ambil. Tentunya gelombang yang berasal dari SA node akan mempunyai bentuk/ukuran gelombang P dan PP interval dari beat ke beat akan sama.

Gelombang yang berasal dari SA node akan mengeluarkan impuls berkisar antara 60 sampai 100 x/menit, bagaimana cara menghitungnya? Penghitungannya sama dengan cara menghitung frekfensi jantung umumnya. Tapi untuk menghitung impuls atau frekfensi dari SA node atau atrial adalah dengan menghitung PP intervalnya.
Baik pada lead panjang yang kita pilih maupun pada semua 12 lead yang kita rekam, antara atrial dan ventrikel harus berbanding 1 : 1 atau dengan kata lain setiap 1 (satu) gelombang P harus diikuti oleh 1 (satu) komplek QRS. Dan morfologi gelombang serta jaraknya sama, sehingga akan membentuk irama jantung yang teratur.
Pada saat membaca EKG 12 lead dengan gambaran EKG normal sinus rhytm, kita harus menemukan gelombang P akan selalu berdefleksi positip di lead II dan akan selalu berdefleksi negatif di lead aVR. Kecuali terdapat 2 kemungkinan yaitu kesalahan penempatan elektroda dan EKG dextrocardia atau posisi jantung bergeser ke kanan.
Normal Sinus Rhytm adalah gambaran murni EKG normal tanpa adanya intervensi subtansi lain yang mempengaruhinya.
2. SINUS BRADIKARDIA

Yang membedakan antara sinus bradikardi dengan normal sinus rhytm adalah Frekfensi jantungnya.
Pada sinus bradikardia frekfensi jantungya kurang dari 60 x/menit, sedangkan ciri yang lainya persis sama dengan normal sinus rhytm.
Seringkali kita menemukan pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit dan bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa ada keluhan yang berarti, ini biasanya kita temukan pada jantung olah ragawan atau orang yang melakukan kegiatan olah raga yang teratur seperti para atlit. Jadi siapapun orangnya yang melakukan olah raga secara teratur dan benar, akan didapatkan frekfensi jantung yang kurang dari 60 atau bahkan kurang dari 50 x/menit tanpa adanya keluhan.
Frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit juga bisa disebabkan oleh beberapa penyebab seperti obat-obatan (digoxin, beta blockers, calcium channel blockers) dan biasanya terjadi setelah pasca serangan jantung dan stroke. Jadi kita hanya melakukan intervensi pada pasien dengan frekfensi jantung yang kurang dari 60 x/menit apabila si pasien mengalami gejala-gejala yang menganggu haemodinaik pasien.
Untuk itu kita tidak boleh memutuskan hasil analisa EKG hanya dengan melihat EKG saja tanpa mempertimbangkan keadaan klinis pasien maupun riwayat kesehatan pasien.
Ingat !!! jangan obati EKG tapi obati klinis pasiennya.


3. SINUS TAKIKARDIA

Seperti halnya dengan sinus bradikardia, hanya satu yang membedakan antara sinus takikardia dengan normal sinus rhytm yaitu frekfensi jantungnya.
Pada sinus takikardia, frekfensi jantungnya lebih dari 100 x/menit. Ada batas atasnya abu? Saya tidak mengatakan ada atau tidak adanya batasan atas (upper limit) untuk sinus takikardia, semuanya kita jawab pada prakteknya nanti. Kalau kita batasi upper limitnya seperti yang tertulis pada buku-buku EKG dengan batasan antara 100 - 150 x/menit, saya akan balik tanya dengan beberapa pertanyaan. Apakah anda akan masih mengatakan sinus takikardi jika menemukan frekfensi jantung lebih dari 100 x/menit dan kurang dari 150 x/menit, walaupun morfologi gelombang P nya tidak sama dari beat to beat? Anda yakin gelombang Pnya berasal dari SA node??
Peningkatan frekfensi jantung pada pasien dengan sinus takikardia biasanya terjadi oleh adanya respon fisiologi dari tubuh terhadap suatu keadaan yang menggangu hemostasis tubuh. Dari sekian banyak penyebab frekfensi jantung melebihi 100 x/menit pada kasus sinus takikardia, kita mengenal beberapa keadaan yang harus kita tahu seperti :

- Keadaan normal respon : sehabis melakukan aktivitas, kesakitan, demam, stress dan cemas.
- Hypovolemik
- Anemia
- Obat-obatan
- Gagal jantung
- Perdarahan
- Emboli pulmonal dan Distress pernapasan
- Sepsis
- Perikarditis
- Dll
Jadi kita tidak boleh serta merta melakukan intervensi untuk menurunkan frekfensi jantungnya.

4. SINUS ARITMIA

Untuk membedakan sinus aritmia dengan normal sinus rhytm dan sinus bradikardia adalah pada sinus aritmia iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh pengaruh pernapasan, baik inspirasi maupun ekspirasi.
Biasanya kita akan menemukan pada anak ABG atau anak-anak yang masih muda.



Diskusi Jawaban Latihan EKG 12 Lead No.1-10
Membaca EKG 12 lead tidaklah semudah seperti membaca EKG strip, karena kita menghadapi 12 lead atau 12 sandapan yang merekam aktivitas listrik jantung dari tempat, arah dan sudut yang berbeda. Dan sudah pasti bentuk gelombang atau morfologi gelombang EKG akan berbeda antara lead yang satu dengan lead lainnya. Sedangkan EKG strip merupakan bagian dari salah satu lead sebuah EKG 12 lead, bisa dari bipolar lead atau unipolar lead.
Saya sarankan untuk membaca lagi blog kursus ekg yang telah saya publiskan lebih awal dengan sabar dan jangan tergesah-gesah sebelum anda mengikuti diskusi ini.

Seperti halnya dengan ekg strip, untuk membaca EKG 12 lead harus mempunyai langkah dasar yang menuntun kita saat membaca atau menginterpretasi sebuah EKG 12 lead sehingga kita tidak hanyut dalam kebingungan dan anda akan yakin dengan hasil analisa EKG 12 lead anda.

Dibawah ini adalah langkah-langkah dasar yang harus anda lakukan secara berurutan dan secara umum langkah-langkah ini sudah saya jelaskan dikursus ekg bagian 5.
1. Pastikan kalau EKG 12 lead yang kita baca direkam dengan kecepatan 25mm/detik dan voltase 1mV.
2. Identifikasi gel P & dominan pacemaker berasal
Silahkan anda cari di lead mana saja, yang penting anda sudah menemukan gel P.
Pada EKG normal biasanya gel P akan jelas terlihat di lead II, dan harus
mempunyai bentuk yang sama, jarak antara PP interval harus sama, dan selalu berbanding 1 : 1 dengan komplek QRS atau dengan kata lain gel P harus selalu diikuti komplek QRS.
Jadi anda tidak perlu pusing memikirkan bentuk gel P di lead yang lain.
1.    Tentukan aksis jantung.
Dengan mengetahui lebih awal aksis jantung, kita bisa mengidentifikasi dan
memperkirakan arah depolarisasi yang meyebabkan bentuk atau morfologi komplek QRS yang berbeda disetiap lead.
4. Identifikasi iramanya (teratur atau tidak).
5. Hitung frekfensi jantungnya
6. Identifikasi semua morfologi gelombang EKG.
Bagi pemula sebaiknya lakukan dengan mengamati dan menghitung semua gel.
Atau cukup anda perhatikan dan amati bentuk gelombang yang tampak abnormal

Gel P = anda sudah lakukan di langkah kedua
Q = anda amati ada atau tidaknya gel Q pada lead (I,II,III,aVL, aVF,V1,V6,
karena akan mempunyai nilai diagnosa.
R = adakah gel R yang tingginya melebihi 15 mm, karena akan mempunyai nilai
diagnosa.
S = gel S akan mempunyai nilai diagnosa V1,V6,dan lateral lead (I,aVL)
T = Amati di setiap lead kecuali aVR
PR & QT interval = dilangkah nomor dua, anda sudah menemukan gel P yang jelas.
Disitulah anda mengitung panjang PR interval juga QT interval
ST segmen = anda harus amati di setiap lead.
QRS komplek = anda cukup tentukan lebarnya normal atau tidak.

1.        Amati konfigurasi komplek QRS di precordial lead.
Tinggi gel R dari V1 menuju V6 akan bertambah secara progressive.
Dalamnya gel S dari V1 menuju V6 akan berkurang secara progresive.

2.    Cocokan temuan anda dengan kriteria pembesaran jantung, kriteria gangguan keseimbangan elektrolit, kriteria heart blok dan lain-lain.

9. Kesimpulan
Saya ingatkan kembali untuk terus berlatih menginterpretasi EKG, sehingga anda akan terbiasa dan sensitip terhadap berbagai macam perubahan morfologi gelombang EKG yang secara teori menurut anda mungkin abnormal, akan tetapi sebenarnya itu adalah perubahan-perubahan atau variasi-variasi bentuk normal dalam ilmu ekg yang nanti anda temukan. Inilah yang mungkin membingungkan anda untuk menentukan diagnosis yang tepat. Untuk itu, jangan patah semangat dan terus berlatih......
Dibawah ini contoh EKG 12 lead yang akan saya diskusikan dan semuanya direkam dengan standarisasi internasional yaitu kecepatan 25 mm/detik dan voltase 1mV.
1.        Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P di lead I, II, aVR. Gel P di II defleksi positip, defleksi negatif di aVR, dan setiap 1 gel P diikuti 1 komplek QRS. Adanya gel P menandakan pacemaker berasal dari SA node ----> normal
2.        Tentukan aksis jantung.
Dari semua bipolar lead, hanya lead I yang mempunyai voltase paling tinggi. Jadi aksis jantung mengarah ke lead I yang kurang lebih O derajat, setiap lead yang dijauhi arah aksis jantung akan menghasilkan arah defleksi berlawanan dengan lead yang dituju aksis jantung. Seperti lead III & aVF akan menghasilkan arah defleksi dominan negatif----->normal
3. Tentukan irama
Irama teratur----> normal
4. Frekfensi jantung kurang lebih 70x/menit ----> normal

5. Morfologi Gelombang
Lihat gel T di lead III negatif, di lead aVF pendek/kecil ----> normal
Setiap lead yang mempunyai tinggi gel R kurang dari 5 mm biasanya akan memiliki gel T negatif, datar, atau pendek.
6. Konfigurasi komplek QRS ----> normal
7. Tidak ditemukan adanya kelainan atau abnormal dalam ekg ini.
8. Kesimpulan : NORMAL SINUS RHYTM
1.    Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali adanya gel P dan selalu diikuti komplek QRS ----normal
Dominan pacemaker berasal dari SA node----> normal pacemaker
2.    Tentukan aksis jantung
Lead II, III, aVF mempunyai voltase yang paling tinggi , menunjukan aksis antara 60-90 derajat. Lead aVL lebih banyak dijauhi oleh aksis jantung dari pada lead I, sehingga defleksi negatif di lead aVL akan dominan.----> normal


3.    Tentukan irama
Anda perhatikan dengan jeli kalau panjang antara RR interval tidaklah sama ---tidak teratur
4. Karena tidak ada lead panjang, anda boleh menggunakan RR intervaal atau cara lain.
Frekfensi jantungnya kurang lebih 65 x/menit ----normal
5. Morfologi Gelombang
Anda bisa lihat T negatif di lead V1, V2, V3 dan Gel R yang tinggi V5, V6, II, III
6. Konfigurasi komplek QRS masih normal
7. Disinilah pengalaman yang akan menentukan kasus ini. Secara teori data yang kita dapat menandakan adanya Hipertropi ventrikel kiri dengan penjumlahan (gel R di V5/V6 + gel S di V1/V2 > 35 mm) dan besar kemungkinan juga adanya iskemia di anterior lead (v1,v2,v3). Saya tidak menyalahkan anda jika hasil analisa anda seperti itu. Tapi perlu anda tahu bahwa untuk hipertropi, BBB biasanya akan selalu di ikuti dengan adanya "strain pattern" yaitu repolarisasi yang abnormal. Dan hipertropi ventrikel kiri akan menghasilkan aksis ke kiri atau LAD (left aksis deviation). Untuk T inverted di lead V1,2,3 tergantung klinis pasien, tapi kalau secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda iskemia berarti keadaan ini adalah masih dalam batas normal.
8. Kesimpulan : SINUS ARHYTMIA dengan voltase yang tinggi di ventrikel kiri + T
inverted merupakan masih dalam batas normal.
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No. 3
1. Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P dengan defleksi positip di lead II dan negatif di lead aVR, satu gel P diikuti 1 komplek QRS ----> normal
Adanya normal gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node -----> normal pacemaker

2. Tentukan aksis jantung
Aksis jantung mengarah ke arah lead II, III, aVF kurang lebih 60 derajat ---> normal aksis

3. Tentukan irama
Jarak RR interval tampak sama, tapi kalau anda hitung dengan teliti RR interval tidaklah sama ----> irama tidak teratur

4. Frekfensi jantung
Frekfensi jantung kurang lebih 60 x/menit

5. Morfologi gelombang
Pada ekg ini tampak sekali ST segmen elevasi di lead I, II, aVF, V2 s/d V6 dan gelombang R yang melebihi 15 mm di lead V5/V6. Gel S juga yang dalam di lead V2

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead
Adanya gel R kecil di V1 yang tingginya semakin bertambah, begitupun gel S yang dalamnya semakin memendek -----> normal

7. Anda hanya menemukan irama yang tidak teratur, bila kita jumlahkan gel R di V5/6 + gel S di V1/V2 > 35 mm dan gel R yang tingginya > 25mm tapi tidak adanya strain pattern sehingga tidak kuat untuk mengatakan adanya LVH. Adanya ST segmen yang tampak seperti elevasi di lead yang saya sebutkan di atas sebenarnya masih dalam normal variant yang sering kita temukan pada anak muda.

8. Kesimpulan : SINUS ARRHYTMIA DENGAN ADANYA EARLY REPOLARIZATION
1.    Identifikasi gel P
Tampak jelas sekali gel P di semua lead dengan bentuk yang runcing. Setiap gel P diikutidengan komplek QRS. Biarpun gambaran gel P hampir di semua lead berbentuk runcing, tetap kita katakan kalau gel P pada EKG ini berasal dari SA node.
2. Tentukan aksis jantung
Banyak cara untuk menentukan aksis jantung, anda lihat di lead I & aVR dengan morfologi komplek QRS bifasik (setengah positip dan setengah negatif). Aksis jantungnya tegak lurus dengan kedua lead tersebut, yaitu lead aVF & III. Jadi aksis jantungnya antara 90 sampai 120 derajat ---> Normal tapi cenderung ke kanan atau RAD
3. Tentukan irama
Saya rasa jelas sekali pada EKG ini iramanya teratur.
4. Frekfensi Jantung
Frekfensi jantungnya 100 x/menit


5. Morfologi gelombang
Gel R di lead V1 lebih besar dari gel S, ST strain pattern di V1-V3, ST segmen deperesi di II,III,aVF,V4,V5,V6.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead
Diawali dengan gel R yang lebih tinggi dari gel S di V1 menandakan adanya pembesaran otot ventrikel.
7. Gel P yang runcing, frekfensi jantung 100x/mnt, RAD, gel R yang lebih tinggi dari gel S, ST strain pattern di V1,2,3 dan ST segmen depresi di II, III, aVF,V4, V5, V6
8. Kesimpulan : SINUS TAKIKARDI Dengan Adanya P Pulmonal dan Pembesaran Ventrikel kanan/RVH dan Iskemia di Inferior lateral wall

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.5


1.    Identifikasi gel P
Tidak ditemukan adanya gel P yang meyakinkan tapi komplek QRS tidak melebar atau masih dalam batas normal. Ini menunjukan irama masih berasal dari atas ventrikel.


2. Tentukan aksis jantung.
Anda lihat di lead II mempunyai morfologi kompek QRS yang bifasik, jadi aksis jantungnya tegak lurus dengan lead II adalah lead aVL atau negatif 30 atau LAD.
3. Tentukan irama jantung
Jarak yang berbeda antara RR interval menandakan irama tidak teratur.
4. Hitung frekfensi jantung
Karena tidak ada lead yang dibuat panjang, silahkan anda hitung dengan menggunakan RR interval. Frekfensi jantungnya kurang lebih 90 x/menit.
5. Morfologi gelombang
Adanya gel S yang dalam di lead II, III, aVF dkarenakan aksis jantung menjauhi ketiga lead tersebut. Gel R yang tinggi di lead V4,5,6, dan adanya ST strain pattern di lead I, aVL, V4,5,6.
6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead masih normal
7. Tidak adanya gel P, komplek QRS normal, irama tidak teratur, Gel R yang tinggi di lead V4,5,6 dengan ST strain pattern, LAD
8. Kesimpulan : ATRIAL FIBRILATION Dengan Normal Ventrikel Respon, Pembesan Otot Jantung kiri
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.6

1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel P bisa anda lihat selalu diikuti komplek QRS. Adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node -----> Normal
2.    Tentukan aksis jantung.
Dominan defleksi positip di lead I dan lead aVF memastikan kalau aksis jantungnya dalam batas normal.
3.    Tentukan irama
Anda bisa lihat jarak PP atau RR interval antara beat yang satu dengan lainnya sama, ini menandakan iramanya teratur.
4.    Hitung Frekfensi jantung.
Saya percaya anda sudah tahu bagaimana cara menghitung frekfensi jantung. Pada ekg ini frekfensi jantungnya kurang lebih 80 x/menit.
5.    Identifikasi morfologi gelombang
Saya hanya manandai morfologi gelombang yang patut diperhatikan, tapi anda boleh melakukan step step dasar yang telah saya sebutkan di atas. Tampak gel R di lead I yang tingginya lebih dari 15 mm, gel R di V4,5,6 yang tingginya lebih dari 25 mm, gel S yang dalam di V1,2 yang melebihi 20 mm, ST strain pattern di lead I, aVL, V4, V5, V6. Tampak gel T inverted atau datar atau kecil di lead II, III, aVF adalah variant normal. Perlu anda ketahui bahwa variant normal adalah yang tampak abnormal tapi sebenarnya masih normal.
6. Konfigurasi komplek QRS di prekordial lead masih normal
7. Adanya gel R yang tingginya lebih dari normal di lead I, V4, V5, V6 yang diikuti ST pattern dan penjumlahan gel R di lead V5/V6 + gel S di lead V1/V2 melebihi 35 mm mengarahkan ke pembesaran otot ventrikel kiri, yang walaupun aksis jantungnya masih dalam batas normal.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LVH (left ventrikel hypertropi)








Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.7



1. Identifikasi gel P
Tampak jelas gel P defleksi positip di lead II, I,III, aVF dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gel P selalu diikuti komplek QRS, adanya gel P menunjukan pacemaker berasal dari SA node.
2.    Tentukan aksis jantung
Anda lihat di lead I tampak komplek QRS dominan berdefleksi negatif dan komplek QRS di lead aVF dominan berdefleksi positip, ini menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kanan atau RAD. Atau anda bisa lihat lead bifasik ada di lead aVR, aksi jantung akan mengarah tegak lurus dengan lead befasik. Jadi aksis jantungnya mengarah ke lead III 120 derajat, karena lead III tegak lurus dengan lead aVR.
3.    Tentukan iramanya.
Saya rasa jelas sekali EKG ini iramanya teratur
4.    Hitung frekfensi jantungnya
Anda bisa menghitungnya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 80x/menit

5. Identifikasi morfologi gelombang
Anda lihat lead I dan aVL ditemukan morfologi komplek QRS dengan pola r kecil dan S besar. Sedangkan di lead II, III, aVF dengan pola q kecil dan R besar. Di lead v1 tampak gel R yang tinggi yang melebihi gel S, tampak juga ST strain pattern di lead V1 & V3.
6. Konfigurasi komplek QRS yang abnormal di mana gel R yang tinggi di V1 yang di ikuti ST strain pattern menandakan adanya pembesaran ventrikel kanan atau RVH
7. Ditemukan RAD (aksis jantung 120 derajat), pola rS komplek QRS di lead I &aVL, pola qR komplek QRS di lead II, III, aVF. Adanya juga gel R yang melebihi voltase gel S di V1.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan RVH dan LPHB (left posterior hemiblok)

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.8


1.    Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P defleksi positip di lead I, II, III dan gel P defleksi negatif di lead aVR. Setiap gelombang P masih diikuti komplek QRS. Adanya gel P manandakan pacemaker masih berasal dari SA node.
2. Tentukan aksis jantung
Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan defleksi negatif di lead aVF menunjukan kalau aksi jantung mengarah ke kiri atau LAD.
3. Tentukan iramanya
Biarpun gambar EKGnya agak mengerikan, tapi jarak RR interval antara tiap beat adalah sama. Hal ini manandakan iramanya teratur.
4. Hitung frekfensi jantung
Saya percaya anda bisa cara menghitungnya. Pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 75 x/menit.
5. Identifikasi morfologi gelombang
Sekilas gambaran EKG ini tampak mengerikan, jangan panik.....ikuti langkah-langkah yang sudah saya jelaskan diatas... Tampak dengan jelas komplek QRS yang melebar hampir di semua lead yang diikuti dengan perubahan gel T. Amati dengan jeli di lateral lead (I,aVL, V5/V6) tidak ada gel q kecil. Lihat juga tidak ada gel r kecil di V1. Gel Q di lead V1 dan V2 bukan karena infark, tapi dikarenakan adanya blok bundle branch sebelah kiri.
6. Konfigurasi komlek QRS abnormal. Tidak adanya gel r kecil V1 menandakan adanya gangguan konduksi.
7. Komplek QRS lebar di semua lead dengan perubahan gel T, aksis jantung ke kiri atau LAD, tidak ada gel r kecil di V1, tidak ada juga gel q kecil di lead lateral (I, aVL, V5,V6).
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan adanya LBBB
Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.9


Pada kasus EKG ini sama dengan EKG 12 lead no.8
Yang membedakannya adalah komplek QRS pada kasus ini masih dalam batas normal tapi terdapat morfologi/bentuk M shave atau kuping kelinci.
Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LBBB Incomplete
Maaf ada kesalahan upload pada no.10
Biarbagaimanapun akan saya jelaskan gambar ekg ini. Di lead V1 gel P diikuti komplek QRS yang lebar dengan frekfensi jantung kurang lebih 80x/menit, kemudian terjadi perubahan dimana masih tampak gel P yang diikuti normal komplek QRS dan T inverted, frekfensi jantung kurang lebih 70 x/menit. Di lead II dan V5 juga tampak gel P yang diikuti komplek QRS yang lebar, frekfensi jantung kurang lebih 75x/menit, juga ditemukan PVC. Kemudian terjadi perubahan dimana gel P diikuti oleh normal komplek QRS.
Kesimpulan : SINUS ARITMIA Dengan LBBB terjadi pada peningkatan frekfensi jantung.



DISKUSI JAWABAN LATIHAN EKG 12 LEAD NO.21-30
3.        Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P berdefleksi positip di lead II dan berdefleksi negatif di aVR dengan diikuti komplek QRS. Dengan adanya gel P yang normal kita yakin kalau pacemeaker berasal dari SA node.
4.        Tentukan aksis jantung
Tampak jelas juga komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I dan aVF yang menandakan kalau aksis jantung masih dalam batas normal.
5.        Tentukan irama jantung
Saya rasa tanpa diukur juga sudah tampak jelas irama jantungnya teratur.


4. Hitung frekfensi jantungnya
Saya yakin anda sudah ok dalam menghitung frekfensi jantung. Pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 90 x/menit.
5.    Identifikasi morfologi gelombang
Tampak jelas sekali gel Q patologis pada lead anteroseptal (V1,V2,V3)yang diikuti ST segmen elevasi di lead V1-V4, ST segmen depresi di lead II, III, aVF,V6 dan lead I yang tampak normal tapi sebenarnya ST segmen di lead I mengalami depresi.

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal karena tidak ada gel R melainkan gel Q yang dalam. Keadaan seperti ini dinamakan poor R wave progression.

7. Ditemukan ST segmen elevasi di lead V1, V2, V3, V4 dan ST depresi di lead I, V6, II, III, aVF.

8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT MI ANTEROSEPTAL Reciprocal di INFEROLATERAL


Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.22

Pada EKG ini hampir sama dengan gambar EKG 12 lead no.20 . Yang membedakan hanya frekfensi jantungnya saja, dimana pada kasus ini frekfensi jantungnya kurang lebih 85 x/menit.
Silahkan lihat penjelasan pada gambar no.20

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.23
Maaf kesalahan upload (double). Gambar ini sama dengan gambar EKG sebelumnya ya.
 Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.24
1. Identifikasi gel P
Tampak masih jelas sekali gel P yang berdefleksi positip di lead II dan berdefleksi negatif di lead aVR dengan diikuti komplek QRS menandakan pacemaker dari SA node.


2. Tentukan aksis jantung.
Tampak komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan dominan berdefleksi negatif di lead aVF menunjukan kalau aksis jantungnya mengarah ke kiri. Atau dengan cara yang lebih akurat dengan melihat lead yang bifasik yaitu di lead aVR. Lead aVR tegak lurus dengan lead III, dimana lead III komplek QRSnya dominan berdefleksi negatif. Jadi aksis jantungnya -60 derajat.

3. Tentukan irama jantungnya
Tampak teratur, jadi irama jantungnya teratur.

4. Hitung frekfensi jantung
Pada EKG ini frekfensi jantungnya kurag lebih 70 x/menit

5. Identifikasi morfologi gelombang
Anda bisa lihat gel Q yang dalam di lead inferior yang (II, III, aVF) juga diikuti dengan ST segmen elevasi. Biarpun tidak jelas, tapi di lead I, aVL , V5, V6 ditemukan ST depresi. Di Lead V1, V2, dan V3 juga tampak keanehan, yaitu adanya gel R yang tinggi tapi tidak ada perubahan gel T.

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal, dimana gel R yang tinggi ditemuan di V1.

7. Adanya ST segemn elevasi di inferior lead(II, III, aVF) dan ditemuakn juga ST elevasi pada lead yang sama menunjukan MI di inferior. Akan tetapi perubahan komplek QRS di lead V1 bisa kemungkinan adanya gangguan dibagian posterior juga. Kita juga menemukan ST depresi di lead lateral.

8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT MI INFERIOR + ISKEMIA DI LATERAL WALL
dan Kemungkinan posterior wall juga mengalami injury.

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.25


1.        Identifikasi gel P
Masih tampak jelas gel P berdefleksi positip di lead II, III, aVF dan berdefleksi negatif di lead aVR. Semua ini menandakan gel P normal yang berasal dari pacemaker SA node.

2. Tentukan aksis jantung
Komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I tapi berdefleksi negatif di lead aVF yang menunjukan kalau arah aksis jantung mengarah ke kiri. Tepatnya kurang lebih - 30 derajat.

3. Tentukan iramanya
Dari lead II panjang....anda bisa lihat iramanya teratur.

6.    Hitung frekfensi jantung
Frekfensi jantungnya kurang lebih 80 x/menit
7.    Identifikasi morfologi gelombang
Tampak jelas gel Q patologis diikuti dengan ST elevasi di lead inferior (II, III, aVF), komplek QRS yang lebar yang diikuti dengan perubahan repolarisasi yang ditandai dengan perubahan bentuk ST depresi maupun tampak seperti elevasi di lead (I, aVL, V1-6). Anda juga bisa lihat tidak ada gel Q kecil di lateral lead (I, aVL, V5,V6) serta Q dalam di V1, V2.

6. Konfigurasi komplek QRS di precordial lead abnormal karena tidak ada gel r kecil. Kita namakan poor R wave progession.
7. Gel Q patologis dengan ST elevasi di Inferior (II,III, aVF) menunjukan MI. QRS komplek yang lebar, tidak ada gel r di V1, tidak ada gel q di lead V5/V6, aksis jantung - 30 derajat dan perubahan repolarisasi di lead lateral.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT MI INFERIOR + LBBB

Gambar EKG (elektrokardiografi) 12 lead No.26


1. Identifikasi gel P
Anda bisa lihat secuil gel P di lead II panjang berdefleksi positip. Jadi kita mengatakan kalau pacemaker berasal dari pacemaker.
2.    Tentukan aksis jantung
Komplek QRS dominan defleksi positip di lead I dan defleksi negatif di lead aVR menunjukan aksis jantung mengarah ke kiri. Dengan cara yang akurat anda bisa lihat lead yang bifasik tampak di lead II, lead II tegak lurus dengan lead aVL, dimana lead aVL berdefleksi negatif. Jadi aksis jantungnya - 30 derajat.
3. Tentukann irama jantungnya
Tanpa diukur juga anda bisa lihat lead II panjang yang tertata dan teratur. Ini menunjukan kalau iramanya teratur.
4. Hitung frekfensi jantungnya
Saya yakin anda semua bisa menghitung frekfensi jantungnya. Hasil penghitungan saya adalah kurang lebih 75 x/menit
8.    Identifikasi morfologi gelombang
Gel Q di III, V1, V2 yang dalam. Tidak ada el Q di lateral lead (I, V5, V6), komplek QRS yang tampak melebar disemua lead. Tampak jelas T inverted yang dalam di anterolateral lead (V2-V6) sementara T inverted di lead I, aVL disebabkan karena BBB yang mengakibatkan perubahan repolarisasi, begitu juga dengan V5 & V6. Akan tetapi T inverted di V5,V6 begitu dalam.

6. Konfigurasi kompleh QRS abnormal, karena tidak ada gel R kecil di V1 dan tingginya juga tidak mengalami penambahan. Maka kita namakan poor R wave progression.
7. Komplek QRS lebar disemua lead, tidak ada gel Q di lateral lead, tidak ada gel R di V1, gel Q di lead III, aksis jantung -30 derajat atau LAD.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan LBBB dan besar kemungkinan adanya iskemia di anterior wall.
2.    Identifikasi gel P
Gel P normal, defleksi positip di lead II dan defleksi negatif di lead aVR. Untuk itu kita yakin kalau pacemaker berasal dari SA node.
3.    Tentukan aksis jantung
Komplek QRS di lead I dan aVF berdefleksi positip, menunjukan kalau arah aksis masih dalam batas normal.
4.    Tentukan irama jantung
Dengan melihat lead II panjang dan tanpa di ukur juga tampak teratur.
4. Hitung frekfensi jantungnya
Hasil penghitungan saya, pada EKG ini frekfensi jantungnya kurang lebih 70 x/menit.
5. Identifikasi morfologi gelombang
Hampir semua morfologi gelombang normal, kecuali anda bisa lihat jelas dengan adanya ST segmen elevasi di anterior lead (V1, V2, V3, V4).
6. Konfigurasi komplek QRS normal walaupun tidak adanya gel r kecil di V1. Tapi tinggi gel R semakin meninggi dari V2 ke V6.
7. ST elevasi di anterior (V1-V4).
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT MI ANTERIOR
1.    Identifikasi gel P
Gel P normal, defleksi positip di lead II dan defleksi negatif di lead aVR. Jadi pacemaker berasaldari SA node.
2.    Tentukan aksis jantung
Komplek QRS dominan berdefleksi positip di lead I dan aVF, menandakan kalau aksis jantungnya masih dalam batas normal.
3.    Tenutkan irama jantung
Pada lead II panjang tampak teratur, jadi iramanya teratur.
4.                  Hitung frekfensi jantungnya
Hasil penghitungan saya, frekfensi jantungnya kurang lebih 65 x/menit.
5. Identifikasi morfologi gelombang
Tolong dicatat ! setiap lead dengan tinggi gel R yang kurang dari 5 mm, biasanya (tidak semua) akan mempunyai gel T yang datar dan bahkan inverted.
Pada EKG ini tampak ST depresi di anterolaterl lead (I,aVL, V2-V6). Morfologi gel yang lain masih dalam batas normal.
6. Konfigurasi komplek QRS masih normal
7. Cuma ditemukan ST deperesi di anterolateral.
8. Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan ACUT ISKEMI DI ANTEROLATERL atau ACUT NON Q WAVE atau ACUT Non STEMI
Saya rasa anda sudah mengerti dan mengikuti langkah-langkah yang saya lakukan. Untuk itu pada EKG coba anda lihat di lead II panjang. Anda bisa lihat adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS. Gel apa yang ditujukan oleh anak panah??? Gel yang ditujukan anak panah adalah gel P, dibeat 2 & 4 AES atau PAC. Sementara gel P yang lain yan ditujukan anak panah adalah gel P yang berasal dari sel pacemaker otot atrium yang mengalami blok sehingga tidak bisa diteruskan ke ventrikel. Oleh karena itu gel P tidak diikuti oleh komplek QRS.

Kesimpulan : SINUS RHYTM Dengan AES/PAC BIGIMINI BLOK

Saya rasa anda sudah mengerti dan mengikuti langkah-langkah yang saya lakukan. Untuk itu pada EKG coba anda lihat di lead II panjang. Anda bisa lihat adanya gel P yang selalu diikuti komplek QRS. Gel apa yang ditujukan oleh anak panah??? Itu adalah gel P yang tidak diteruskan ke ventrikel yang dikarenakan adanya blok. Tapi gel P yang ditujukan oleh anak panah bukan berasal dari SA node, melainkan dari sel pacemaker yang berasal dari otot atrium yang muncul prematur. Karena gel P yang prematur tersebut muncul selang seling dengan beat yang normal, maka di sebut bigimini.
Kesimpulan : SINUS BRADIKARDI Dengan AES/PAC BLOK BIGIMINI.

Demikian diskusi jawaban latihan mambaca EKG 12 lead, mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan atau jawabanya mungkin jauh dari kebenarannya. Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan.
TERIMA KASIH


Tidak ada komentar:

Posting Komentar